metrouniv.ac.id – 6/07/2024 _ 30 Dzulhijjah 1445 H
Prof. Dr. Hj. Siti Nurjanah, M.Ag. PIA (Rektor IAIN Metro
Pelayanan haji di Indonesia terus mengalami peningkatan dan inovasi untuk memberikan kemudahan serta kenyamanan bagi para jemaah. Salah satu inovasi terbaru adalah skema tanazul yang diterapkan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro, Prof. Dr. Siti Nurjanah, M.Ag., PIA., menyatakan bahwa skema tanazul merupakan solusi jitu untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi peserta saat berada di tanah suci, seperti jamaah yang sakit dan harus segera diambil tindakan dipulangkan lebih awal. Hadirnya skema tanazul memberikan berbagai kemudahan dan menjamin para jemaah haji dapat tetap melaksanakan ibadah haji sesuai ketentuan syarat dan rukun yang telah ditentukan. Skema tanazul memungkinkan pertukaran jemaah antar kloter, sehingga memberikan fleksibilitas bagi jemaah yang mengalami kendala tertentu dalam perjalanannya, terutama jamaah haji lansia atau jamaah yang berkebutuhan khusus yang memerlukan perlakuan khusus.
Pelaksanaan tanazul atau mutasi kloter ini tetap mengacu pada ketersediaan seat (kursi) kosong yang dimiliki oleh kloter tujuan serta diprioritaskan bagi jemaah haji sakit yang harus segera dipulangkan ke Tanah Air untuk mendapatkan penanganan medis lebih intensif. Selain itu, tanazul juga dapat diajukan karena ada kepentingan mendesak lainnya. Skema tanazul tahun ini terus ditingkatkan di bawah kepemimpinan Menteri Agama Republik Indonesia, Bapak H.Yaqut Cholil Qoumas, yang akrab dipanggil Gusmen, dalam meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan haji Indonesia dari berbagai aspek.
Rektor IAIN Metro menekankan bahwa skema tanazul ini merupakan hasil dari observasi terhadap pelaksanaan haji sebelumnya, yang bertujuan untuk memperbaiki dan menyederhanakan proses bagi para jamaah. Menteri Agama terus bersinergi dengan perguruan tinggi dan stakeholder terkait dalam merancang sistem haji yang mudah, ramah, dan tentunya tidak mengurangi esensi ibadah itu sendiri.Tanazul bisa diajukan oleh tenaga medis yang menyatakan kondisi kesehatan jamaah, yang kemudian diverifikasi oleh PPIH (Panitia Penyelenggara Ibadah Haji).
Skema ini untuk menjamin pelayanan prima bagi jamaah yang akan kembali ke Tanah Air karena suatu kepentingan mendesak. Selanjutnya juga disampaikan dukungan penuh atas gagasan Gusmen dalam mencapai sistem ibadah haji yang lebih efektif dan inovatif. Skema yang digagas oleh Menteri Agama telah terbukti menjadi problem solving bagi jamaah yang memiliki kendala. Ini merupakan langkah maju dalam upaya kita bersama untuk meningkatkan pelayanan haji. Dalam kesempatan tersebut, berharap agar sinergi antara Kementerian Agama, perguruan tinggi, dan berbagai pihak terkait dapat terus ditingkatkan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa sistem pelayanan haji di Indonesia dapat terus mengalami perbaikan dan memberikan kenyamanan serta kemudahan bagi para jemaah.
Seiring dengan pesatnya perubahan sosial masyarakat yang semakin kompleks, Kementerian Agama terus berpacu dengan strategi jitu dan sinergi untuk mewujudkan pelayanan haji yang berkualitas serta berintegritas. Senada dengan skema tanazulyang digagas Muhammad Baqir al-Sadr, seorang pemikir Islam dari Irak. Konsep ini berkaitan dengan upaya untuk menanggapi perubahan sosial yang kompleks dengan mengembangkan pemikiran dan teori yang relevan. Berbagai perubahan sosial yang terjadi dalam pelaksanaan ibadah haji, skema tanazul dapat dijadikan metode atau pendekatan untuk mengurai dan menganalisis perubahan tersebut secara mendalam.Perubahan sosial yang kompleks dapat melibatkan berbagai faktor seperti perubahan ekonomi, politik, budaya, dan teknologi yang saling terkait dan saling memengaruhi.
Skema tanazul dapat membantu dalam memahami dinamika kompleks ini dengan beberapa cara:
Analisis Multifaktorial: Skema tanazul mengajak untuk melihat perubahan sosial dari berbagai sudut pandang, tidak hanya terbatas pada satu faktor saja. Misalnya, ketika terjadi perubahan teknologi yang signifikan, skema tanazul memperhatikan faktor lain tentang perubahan pada bidang ekonomi dan budaya.
Perspektif Sistemik: Menggunakan skema tanazul juga berarti melihat perubahan sosial sebagai sistem yang kompleks. Ini berarti mengenali bahwa perubahan dalam satu bagian dari sistem sosial dapat memiliki dampak yang luas sebagaimana dalam pelayanan haji. Adapun sistem yang semakin efektif maka akan berdampak pada kualitas pelayanan jemaah haji.
Pemikiran Kritis dan Kreatif: Skema tanazul mendorong untuk berpikir secara kritis tentang perubahan sosial dan mencari solusi yang kreatif. Hal ini penting karena perubahan sosial kompleks sering kali memerlukan pendekatan yang inovatif dan adaptif. Jemaah haji cenderung memiliki perbedaan dari sisi kebudayaan dan sosial, maka gagasan inovatif Kementerian Agama melalui skema tanazul menjadi solusi jitu dalam merespon perubahan tersebut.
Keterlibatan Masyarakat: Skema tanazul menekankan pentingnya melibatkan masyarakat dalam proses memahami dan merespons perubahan sosial. Dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, dapat menciptakan solusi yang lebih berkelanjutan dan berdampak positif dalam jangka panjang. Senada dengan sinergi Kementerian Agama, Perguruan Tinggi dan masyarakat secara umum akan berdampak pada terwujudnya pelayanan haji yang optimal. Berdasarkan berbagai analisis tentang perubahan yang terjadi, skema tanazul sangat relevan dalam merespon perubahan dan menyelesaikan beberapa persoalan yang dihadapi dalam pelaksanaan ibadah haji