Wajo, metrouniv.ac.id –
Di tengah arus modernisasi dan digitalisasi yang kian deras, Musabaqah Qiraatul Kutub Internasional (MQKI) ke-1 hadir sebagai upaya strategis untuk merevitalisasi tradisi literasi keilmuan Islam klasik. Bertempat di Pondok Pesantren As’adiyah, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, perhelatan ini secara resmi dibuka oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, dan dihadiri oleh perwakilan dari berbagai institusi pendidikan tinggi Islam, termasuk UIN Jurai Siwo Lampung.
Dalam pidato pembukaannya, Menteri Agama menegaskan urgensi mengembangkan kompetensi membaca dan memahami kitab kuning—karya-karya tulis ilmiah berbahasa Arab klasik yang telah menjadi fondasi keilmuan Islam selama berabad-abad. Ia mengingatkan bahwa kejayaan peradaban Islam, khususnya pada masa keemasan di Baghdad, tidak terlepas dari peran para ulama dan ilmuwan yang menghasilkan karya-karya monumental yang tersimpan dalam khazanah perpustakaan legendaris seperti Bayt al-Hikmah.
“Literasi terhadap kitab kuning bukan sekadar kemampuan teknis, tetapi bagian dari upaya merawat nalar keilmuan Islam yang kritis, mendalam, dan berakar kuat pada tradisi,” tutur beliau.
Partisipasi aktif UIN Jurai Siwo dalam pembukaan MQK Internasional ini diwakili oleh Wakil Rektor II, Dr. Yudiyanto, M.Si., yang menilai kegiatan ini sebagai ajang strategis dalam membangun ekosistem akademik berbasis tradisi keilmuan pesantren yang berjejaring secara global. Dalam pandangannya, MQKI menjadi ruang temu antara epistemologi pesantren dan ranah akademik perguruan tinggi Islam.
“Kami mengapresiasi MQK Internasional sebagai forum intelektual yang mampu mengangkat kembali nilai-nilai keilmuan Islam klasik dalam konteks global. UIN Jurai Siwo secara kelembagaan siap terlibat aktif dalam kegiatan serupa ke depan, baik dalam bentuk partisipasi akademik maupun kontribusi ilmiah,” ungkap Dr. Yudiyanto.
MQK Internasional tahun 2025 ini diikuti oleh delegasi dari lebih dari 10 negara, mencerminkan luasnya resonansi global terhadap pentingnya penguatan tradisi keilmuan Islam. Selain menjadi ajang kompetisi, kegiatan ini menjadi panggung diplomasi budaya Islam yang inklusif dan berbasis pengetahuan. Penyelenggaraannya pun mendapat dukungan luas, baik dari pemerintah daerah Sulawesi Selatan maupun masyarakat setempat, yang turut berkontribusi dalam aspek infrastruktur dan logistik.
Kehadiran MQK Internasional di tengah tantangan zaman menjadi penanda penting bahwa tradisi ilmiah Islam tidak hanya relevan untuk masa lalu, tetapi juga menjadi landasan strategis dalam menjawab persoalan kontemporer umat dan peradaban global.
( kontributor : Yud)