SALING BERWASIAT

14. Cover SALING BERWASIAT edisi 11122025

metrouniv.ac.id – 11/12/2025 – 20 Jumadil Akhir 1447 H
Dr. Mukhtar Hadi, M.Si. (Ketua Senat/Dosen UIN Jurai Siwo Lampung)

Salah satu ciri orang-orang yang beriman dan suka beramal shaleh adalah senantiasa saling berwasiat atau menasehati antara yang satu dengan yang lainnya. Penjelasan tersebut dapat dibaca dalam Al-Qur’an surat Al-‘Asr. Tatkala Allah SWT berfirman bahwa  manusia sesungguhnya dalam kerugian, Allah kemudian menyatakan,  kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh serta diantara mereka saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran. (Baca dalam Surat Al-’Asr: 1-3). Berwasiat dimaksud bukan hanya meninggalkan pesan untuk diingat, tetapi berwasiat dalam rangka mengingatkan dan menasehati supaya tetap dalam kebaikan dan tetap  berada di jalan Allah SWT.

Perintah yang lebih jelas untuk saling berwasiat itu dapat dipahami dalam dua ayat, yaitu dalam surat Al-‘Asr ayat 3 dan surat Al-Balad ayat 17, sebagaimana firman Allah berikut :

اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ࣖ

“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS. Al-‘Asr: 3).

ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِۗ

“Kemudian dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.” (QS. Al-Balad: 17)

Dua ayat dari dua surat dalam Al-Qur’an sebagaimana di atas, menjelaskan bahwa perintah berwasiat itu mencakup tiga hal, yaitu berwasiat dalam kebenaran (Haq), kesabaran (Shabar), dan berwasiat dalam kasih sayang (Marhamah).

Berwasiat dalam kebenaran atau hal yang Haq adalah saling menasehat dan mengingatkan terhadap ketentuan-ketentuan yang bersifat pasti yang ditetapkan oleh Allah SWT. Sesuatu yang haq adalah ketentuan-ketentuan berupa kebenaran yang sudah pasti dan tidak mengalami perubahan. Misalnya soal kematian atau berakhirnya kehidupan dunia ini (kiamat). Mati bagi setiap yang bernyawa adalah kemestian, artinya pada saatnya semua yang hidup pasti akan mengalami kematian. Saling mengingatkan akan kematian dimaksudkan supaya manusia tidak terlena dengan kehidupan dunia yang meninabobokkan ini, seolah-olah akan hidup selamanya. Padahal ada yang dapat memutus dari segala kenikmatan duniawi itu, yaitu kematian. Dengan mengingat mati orang akan mempersiakan diri untuk menghadapi kematian yaitu dengan memperbanyak ibadah dan amal shaleh. Cukuplah kematian itu sebagai nasehat.

Jika kematian merupakan salah satu bentuk dari kiamat kecil, maka ada kiamat besar yaitu berakhirnya seluruh kehidupan di alam semesta ini. Allah memberikan sebutan untuk kiamat besar itu dengan berbagai nama, seperti Yaumul Qiyamah (Hari Kebangkitan), Yaumul Akhir (Hari Akhir), Yaumul Hisab (Hari Perhitungan Amal), Yaumul Waqi’ah (Peristiwa yang Pasti), Yaumul Qari’ah (Hari yang Menggemparkan), Yaumul Hasrah (Hari Penyesalan), Yaumut Taghabun (Hari Pengungkapan Kesalahan), Yaumu Sa’ah ( Hari Yang ditentukan), dan sebutan lainnya. Apapun namanya, namun yang pasti dan benar, seluruh alam semesta ini akan hancur dan berakhir. Saling mengingatkan akan berakhirnya dunia ini akan mendorong manusia semakin dekat kepada Allah SWT dan mempersiapan bekal sebannyak-banyaknya di alam akhirat.

Saling berwasiat tentang yang haq lainnya adalah menasehati dan mengingatkan akan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Allah SWT yang nanti akan dihadapi sesudah mati. Diantaranya adalah soal siksa kubur, yaitu peringatan bahwa nanti setelah manusia mati, mereka akan memasuki alam kubur dimana segala perbuatannya selama hidup di dunia akan dimintai pertanggungjawaban. Jika manusia selama hidupnya banyak melakukan perbuatan dosa, maka siksa kubur sudah menantinya. Termasuk juga berwasiat tentang mizan, yaitu perhitungan amal perbuatan, jembatan sirat hingga soal surga dan neraka. Terhadap semua hal tersebut kita diminta untuk saling mengingatkan dan menasehati.

Berwasiat dalam kesabaran dimaksudkan adalah kita diperintahkan untuk terus saling mengingatkan tentang perlunya memiliki sifat sabar dan menghadapi segala sesuatu dengan penuh kesabaran. Diantara yang perlu dihadapi dengan kasabaran yaitu sabar dalam menjalankan semua perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW. Melaksanakan kebaikan, memperbanyak ibadah dan amal shaleh membutuhkan kesabaran, karena di dalamnya ada pengorbanan, baik berupa pengorbanan waktu, tenaga, pikiran bahkan jiwa. Orang-orang yang tidak memiliki kesabaran dalam ketaatan kepada Allah, maka ia akan meninggalkan semua perintah-perintah dan tidak taat kepada-Nya.

Pun demikian terhadap semua larangan dan perbuatan dosa serta maksiat, manusia harus menghadapinya juga dengan sabar. Sabar yang dimaksud disini adalah  berusaha menahan diri terhadap segala godaan yang dapat menjerumuskan dalam perbuatan dosa. Betapa banyak orang yang tidak sabar ketika dihadapkan dalam perbuatan dosa dan maksiat yang berakibat dia terjerumus ke dalam lobang dosa dan kemaksiatan tersebut. Terkadang orang bisa sabar dalam menjalankan perintah kebaikan, tetapi tidak sabar dalam perbuatan dosa dan maksiat. Karena itulah, terhadap keduanya kita diminta untuk saling menasehati dan mengingatkan agar memilki kesabaran dalam ketaatan dan juga dalam menghadapi perbuatan dosa dan maksiat.

Bagian terakhir adalah perintah berwasiat untuk saling berkasih sayang (marhamah). Islam mengajarkan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan (humanisme). Saling membantu dan bergotong royong terhadap sesama manusia. Tidak boleh saling bermusuhan atau menyakiti secara fisik ataupun non-fisik. Islam juga memerintahkan untuk memiliki sikap welas asih, tidak diskriminatif, menolong tanpa melihat latar belakangnya. Jika ada yang kesusahan, tangannya ringan untuk membantu. Jika ada yang menghadapi musibah atau bencana, tanpa diminta akan segera turun untuk membantu. Memang demikianlah ajaran Islam memerintahkan, yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan berkasih sayang terhadap sesame manusia.

Berwasiat dengan marhamah, tidak saja berarti membantu sesama dengan penuh sayang dan cinta kasih tetapi juga saling mengingatkan bahwa manusia memiliki kewajiban sosial untuk membantu sesama yang sedang menghadapi kesusahan atau karena suatu hal membutuhkan pertolongan. Islam mengajarkan bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Artinya, orang yang suka membantu, menolong dan ringan tangan jauh lebih baik daripada yang hanya suka meminta-minta. Sebagian dari harta yang kita usahakan, ada sebagian merupakan hak dari kaum fakir miskin dan mustad’afin. Dengan demikian, berwasiat dengan kasih sayang berarti saling menasehati agar kita semua menjadi orang-orang yang shaleh secara sosial,  serta memiliki sikap penuh kasih dan sayang kepada sesama. (mh.11.12.25).

"Ayo Kuliah di UIN Jurai Siwo Lampung"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

"Ayo Kuliah di UIN Jurai Siwo Lampung"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

socio, echo, techno, preneurship
🔴 LIVE
🔊

Cek koneksi...

"Ayo Kuliah di UIN Jurai Siwo Lampung"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.