Maulid Nabi Muhammad SAW Momentum Mempertebal Cinta Kasih

1. Maulid Nabi Muahmmad SAW 05092025 Cover Artikel

metrouniv.ac.id – 5/09/2025 – 12 Rabiul Awal 1447 H

Prof. Dr. Siti Nurjanah, M.Ag., PIA (Guru Besar UIN Jurai Siwo Lampung)

Hari ini adalah hari bersejarah bagi umat Islam sedunia, dengan memperingati Maulid Nabi SAW, yakni hari kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW,  yang tahun ini jatuh pada hari Jumat, 12 Rabi’ul Awal 1447 H, bertepatan dengan Tanggal 5 September 2025 M. Di seluruh jagad raya melaksanakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Kata “Maulid”  berasal dari bahasa Arab (مولد) yang berakar pada kata kerja”walada” (ولد) yang berarti “melahirkan”. Kata Maulid secara etimologis memiliki makna “kelahiran” atau “hari lahir”, dan sering digunakan dalam konteks kelahiran Nabi Muhammad SAW atau merujuk pada waktu atau tempat kelahiran (ANTARA News, 15 Sep 2024).

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW adalah acara tahunan umat Islam untuk mengingat hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 12 Rabi’ul Awal. Peringatan ini bertujuan untuk menunjukkan rasa cinta dan penghormatan kita kepada beliau sebagai utusan Allah SWT yang telah menebarkan kebaikan di muka bumi ini dengan menyampaikan wahyu Allah SWT. Memahamkan kepada umat manusia mana yang baik dan mana yang buruk dalam hidup.

Acara Maulid digelar melalui kegiatan pembacaan ayat suci Al-Quran, penyampaian sejarah nabi melalui pembacaan Al-Barzanji atau bisa juga dengan penyampaian uraian hikmah maulid oleh penceramah atau nara sumber lalu melantunkan Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW dan juga dilakukan kegiatan sosial. Peringatan Maulid Nabi SAW juga tidak terlepas dari rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara adat di berbagai daerah. Begitu banyak adat budaya yang berkembang di negara kita Indonesia.

Selain momen untuk memperingati sejarah kelahiran Rasulullah SAW, juga menjadi penting untuk meneladani akhlak dan perjuangan yang telah beliau lakukan dalam menyebarkan risalah Islam. Inilah bentuk cinta kasih yang dapat kita lakukan dalam kehidupan ini. Rasulullah sebagai panutan umat Islam dalam menebar kebaikan dan cinta kasih. Beliau berjuang tanpa pamrih untuk meluruskan akhlak umat Islam kala itu dan kemudian menjadi contoh yang baik (uswatun hasanah) dalam menjalankan tugas sebagai hamba Allah di muka bumi ini. Dalam berjuang sudah pasti mengalami berbagai hambatan dan tantangan baik dari kalangan internal maupun eksternal. Namun karena didasari iman yang kuat kepada Allah SWT, Rasulullah tetap tegar melaksanakan perintahNya, menyampaikan yang haq dan yang bathil untuk dipedomani umat Islam.

Cinta kasih dengan menebarkan kebaikan, mempererat tali sillaturrahim, mengekalkan persatuan dan kesatuan, mencintai Negara Republik Indonesia seutuhnya. Jangan melakukan kerusakan di muka bumi, kita juga tidak boleh menyakiti sesama. Hindari permusuhan, pererat tali persaudaran, jalin komunikasi yang baik dengan sesama. Semua itulah yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW melalui sunnahnya kepada kita atas petunjuk Allah SWT dalam Al-Quran Al-Karim.

Cinta kasih kepada diri sendiri dan kepada orang lain penting kita lakukan,  sebagai keseimbangan hidup. Menurut Ibn Hazm, bahwa “cinta tidak akan bisa diungkapkan dengan kata-kata, namun cinta hanya bisa dipraktekkan agar bisa diketahui dan dirasakan.”Selanjutnya masih kata beliau, bahwa kita tidak bisa menolak cinta, begitupun juga agama dan syariat. Karena cinta datangnya dari hati. Sedangkan tidak ada yang mengetahui isi hati manusia kecuali Allah SWT, karena hanya Dia-lah Tuhan yang Maha Membolak-balikkan isi hati.

Makna cinta tersebut di atas menandakan ketika kita mencintai Rasulullah maka cinta itu akan kembali kepada kita. Ketika kita berbicara tentang cinta, jangan terlebih dahulu memvonis bahwa cinta itu diharamkan. Mengapa? Karena cinta itu karunia dari Allah SWT. Orang yang tidak memiliki cinta dan tidak mau mengenal cinta, maka dia tidak akan bisa menebar cinta dan kasih sayang kepada sesama makhluk Allah SWT. Padahal agama selalu memgajarkan cinta dan menjadikan cinta sebagai perilaku bagi orang-orang yang beriman.

Implementasi cinta kepada Rasulullah SAW, sebagaimana tradisi yang dilakukan dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW mulai dikenal pada masa Dinasti Fathimiyah di Mesir pada abad ke-11 M. Pada waktu itu, perayaan Maulid Nabi dilaksanakan dengan tujuan memperingati kelahiran Rasulullah sekaligus mempererat persatuan umat Islam. Pada perkembangannya, tradisi ini kemudian menyebar ke berbagai wilayah di dunia Islam dan diadopsi oleh berbagai budaya Muslim di Asia, Afrika, dan Eropa.

Peringatan Maulid Nabi sebagaimana dikatakan oleh beberapa ulama adalah sebagai bentuk ekspresi cinta umat terhadap Rasulullah SAW. Cinta tulus yang tumbuh dari hati sanubari umat Islam kepada Nabi SAW dengan menyampaikan shalawat kepada beliau, sebagaimana dilakukan oleh Allah dan para Malaikat untuk menebarkan kebaikan, kedamaian, kesatuan dan persatuan. Hal ini sebagaimana termaktub dalam Al-Quran Surat Al- Ahzab ayat 56 :

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا ٥٦

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”

Menurut Imam Al Qurthubi bahwa ada tiga bentuk shalawat. Pertama, shalawat Allah kepada Nabi Muhammad merupakan anugerah rahmat dan keridhaan. Kedua, shalawat para malaikat merupakan doa penuh ampunan. Ketiga, shalawat umat kepada Rasulullah merupakan pengagungan tak terhingga (Tafsir Al-Jami’ Li Ahkam Al-Quran, Jilid XIV, halaman 232).

Oleh sebab itu, shalawat Allah kepada Nabi tidak dapat dikatakan sebagai doa, karena Allah Maha Kuasa tidak membutuhkan doa dari makhluk Nya, tetapi justru sebagai rahmat (kasih sayang) dan keridhaan Nya kepada Rasulullah SAW.

Adapun shalawat Malaikat dan manusia merupakan doa dan permohonan kebaikan bagi beliau. Dengan bershalawat, para malaikat dan orang-orang mukmin memohon kepada Allah SWT agar selalu mencurahkan rahmat dan pengampunanNya kepada Nabi Muhammad SAW.

Selanjutnya sebagaimana dijelaskan oleh Profesor Quraish Shihab, bahwa surat Al- Ahzab ayat 56 tersebut menyimpan keunikan tersendiri, terutama terkait perintah Allah untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Mengapa dikatakan Unik? Karena tidak ada perintah lain dari Allah yang disertai pernyataan telah dilakukan olehNya sendiri. Ini menggambarkan betapa tinggi kedudukan dan besar cinta Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Juga perintah bershalawat tersebut telah mencerminkan betapa tingginya kedudukan Nabi dan sangat istimewa di sisi Allah SWT. Hal itu juga menandakan cinta dan kemuliaan yang tiada tara bagi Nabi Muhammad SAW.

Masih dalam penjelasan Quraish Shihab, bahwa seseorang tidak hanya diwajibkan untuk tidak merendahkan Nabi Muhammad SAW, tetapi juga diminta untuk menghormati dan mengakui jasa-jasanya. Hal ini karena jika kita tidak dapat mengakui dan memberikan penghargaan kepada tokoh-tokoh yang telah berjasa atas izin Allah SWT, kepada siapa lagi kita harus memberikan penghormatan?. Ini adalah ibrah untuk kita agar menghormati dan menghargai perjuangan para pendahulu kita, para pejuang kemerdekaan Negara Republik Indonesia dimanapun kita berada dan bahkan dimanapun kita bertugas dalam bidang apapun di muka bumi ini. (Tafsir Al- Misbah, Jilid XI, halaman 316).

Momentum peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan waktu yang sangat baik untuk kita melakukan introspeksi diri, muhasabah untuk terus melakukan kebaikan- kebaikan, memperbaiki hubungan vertikal kepada Allah SWT dan mempererat hubungan horizontal kepada sesama manusia dan makhluk Allah lainnya. Memperbanyak shalawat untuk baginda Nabi Muhammad SAW, memperbanyak shadaqah kepada sesama yang sangat membutuhkan. Memperbaiki hubungan dengan sesama manusia. Memperbanyak melakukan hubungan sosial kemasyarakatan. Memelihara perdamaian, dan menjaga keutuhan NKRI tercinta. Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi. Indonesia adalah tanah tumpah darah kita, maka kewajiban kitalah mempertahankannya dan menjaga, merawat serta memeliharanya, jangan justru merusaknya hanya demi kepentingan pribadi atau golongan. Sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW yang mempersatukan kaum Anshor dan kaum Muhajirin ketika berjumpa di medan perjuangan menegakkan agama Islam di Madinah al-Munawwarah. Warga negara bersatu Indonesia maju. Warga negara berpecah belah Indonesia luluh lantah.

"Ayo Kuliah di UIN Jurai Siwo Lampung"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

"Ayo Kuliah di UIN Jurai Siwo Lampung"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

socio, echo, techno, preneurship
🔴 LIVE
🔊

Cek koneksi...

"Ayo Kuliah di UIN Jurai Siwo Lampung"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.