metrouniv.ac.id – 21/03/2024 – 21 Ramadhan 1445 H
Prof. Dr. Dedi Irwansyah, M.Hum. (Wakil Dekan 3 FUAD/Guru Besar Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris di IAIN Metro)
Orang berkata, Ramadan adalah madrasah ruhaniah. Ada proses tarbiyah di dalamnya. Mungkin karena itu, Ramadhan juga dilabeli bulan tarbiyah, bulan pendidikan. Orang juga berkata, umur manusia sejatinya mencakup umur biologis, umur spiritual, dan umur psikologis. Umur biologis adalah bilangan tahun kehidupan yang telah dijalani. Semakin banyak tahun, semakin banyak bilangan umur biologis. Lalu, ada umur spiritual yang terkait pengalaman metafisika. Asumsi awal, semakin tinggi umur biologis, semakin tinggi umur spiritual. Nyatanya tidak selalu begitu. Dua orang dengan umur biologis yang sama, satu ‘berjumpa’ lailatul qadr satunya lagi tidak, keduanya akan memiliki umur spiritual yang berbeda. Karena bukankah lailatul qadr lebih baik daripada seribu bulan?
Selanjutnya, ada umur psikologis. Dugaan awal, semakin tinggi umur biologis, semakin matang umur psikologisnya. Ini juga tidak selalu begitu. Ada saja orang tua yang kekakanak-kanakan, dan tak jarang ada anak muda yang memiliki kematangan psikologis mengagumkan. Menurut Sigmund Freud, psikolog kelahiran Ceko itu, orang tua yang gagal move on dari sikap kanak-kanaknya, diduga mengalami fiksasi. Semacam hambatan perkembangan kepribadian.
Freud bercerita tentang Periode Oral, Periode Anal, dan Periode Genital dalam psikologi perkembangan anak (Rakhmat, 2005). Pada Periode Oral, anak-anak menemukan kenikmatan melalui mulutnya. Apa saja yang diraihnya, akan dimasukkannya ke mulut. Jika tidak ada lagi yang bisa dimasukkan, mereka akan memasukkan tangannya sendiri ke dalam mulut. Lalu, anak-anak akan menemukan kenikmatan saat mengeluarkan sesuatu dari tubuhnya. Ini disebut Periode Anal. Tandanya, anak-anak berlama-lama di toilet untuk melihat tumpukan kotorannya sendiri. Setelah melewati Periode Oral dan Periode Anal, anak-anak akan menemukan kenikmatan pada alat kelaminnya. Ini disebut Periode Genital di mana anak-anak suka mempermainkan dan memperlihatkan alat kelaminnya.
Boleh setuju boleh tidak dengan Freud. Yang menarik adalah Freud mengemukakan konsep fiksasi. Yaitu tentang, orang-orang tertentu yang mengalami hambatan perkembangan kepribadian. Meskipun sudah dewasa dan bukan anak-anak lagi, orang-orang itu tidak bisa move on dari Periode Oral. Sehari-hari, tampaknya hanya memikirkan, membicarakan, dan melakukan sesuatu yang bisa dimasukkan ke dalam mulutnya saja. Ada juga yang tidak bisa move on dari Periode Anal. Cirinya, suka mengoleksi barang dan menumpuk kekayaan. Padahal, bukankah surat al-Humazah (104: 1-3) mengecam penimbun harta seraya mengira hartanya itu akan membuatnya kekal. Fiksasi untuk Periode Genital juga bisa terjadi. Pada orang-orang tertentu.
Sekarang, jika diketahui bahwa makan, minum, dan hubungan seksual membatalkan puasa, akan terlihat jelas puasa Ramadhan sejatinya adalah momentum untuk melampaui keterhambatan psikologi, atau fiksasi. Puasa Ramadhan seakan mengingatkan adanya sumber kenikmatan lain. Misalnya, kenikmatan intelektual dan kenikmatan spiritual. Orang, bisa mendapat kenikmatan karena mempelajari ilmu pengetahuan. Orang juga bisa menemukan kebahagiaan dalam sedekah, alih-alih menumpuk harta, dan zikrullah. Dan tampaknya, kenikmatan intelektual dan spiritual bisa menjelaskan mengapa di Bulan Ramadhan, banyak orang merasa senang menghadiri taklim, luring maupun daring, dan berbagi makanan.
Mungkin, karena taklim mudah dijumpai Ramadan lalu disebut sebagai bulan tarbiyah. Ada pendapat: tarbiyah berbeda dengan taklim. Jika orang belajar al-Qur’an, pengetahuan tentang ilmu al-Qur’an itu adalah hasil dari taklim. Dan jika dengan ilmu al-Qur’an tersebut, orang memiliki sikap hidup Qur’ani, sikap yang demikian itu adalah hasil dari tarbiyah. Orang lantas bisa berkata, pengetahuan tentang puasa Ramadhan adalah hasil dari taklim. Namun pilihan untuk berpuasa Ramadhan dengan sikap imaanan wahtisaaban, karena iman dan mengharapkan pahala, itu adalah hasil dari tarbiyah.
Semoga Ramadan menjadi madrasah ruhaniah yang membantu melampaui kenikmatan yang bersifat oral, anal, dan genital. Semoga Allah, melalui berkah bulan Suci Ramadhan, membantu kita memasuki kenikmatan-kenikmatan yang lebih abstrak seperti kenikmatan intelektual dan kenikmatan spiritual. Sehingga pada Ramadhan kali ini, bukan hanya umur biologis kita yang sedang bertambah, namun umur psikologis dan umur spiritual kita juga tengah bertumbuh. Wallahu a’lam
(diposting oleh:ss_humas)
