socio
eco-techno
preneurship

Dari Skripsi Menjadi Publikasi di Jurnal Terakreditasi

87Dedi-Irwansyah-2021-januari

Dedi Irwansyah
(Kepala Pusat Penelitian dan Penerbitan IAIN Metro)

A mediocre university focuses on numbers,

a good university talks about impact and citation. (Sunu Wibirama)

 

 

 

 

Sebagai pembimbing atau 
penguji, tak jarang dosen menemukan skripsi yang potensial. Yang
memiliki konten up-to-date dan
metodologi riset yang solid. Yang publishable,
atau layak dipublikasi pada jurnal terakreditasi. Meski skripsi publishable itu cukup banyak, ia sukar memiliki
impact dan sitasi jika tidak segera dikonversi
menjadi artikel pada jurnal terakreditasi. Pada titik tertentu, adalah impact dan sitasi yang menjadi  faktor pembeda antara kampus ‘papan tengah’ (mediocre) dan kampus unggul (good). Karene itu, setelah kuantitas
karya ilmiah, proyeksi strategis selanjutnya  harus diarahkan kepada impact dan sistasi.

Mengawal skripsi ke jurnal terakreditasi lebih mudah
dikatakan daripada diwujudkan. Kerap dibutuhkan ‘polesan ekstra’, terutama pada
aspek judul, abstrak, dan discussion. Pertama,
judul sebuah skripsi bisa mencapai 20 kata lebih karena biasanya menyakup
detail lokasi penelitian hingga tahun akademik pembelajaran. Sementara judul sebuah
artikel jurnal dipandang efektif jika kurang dari 16 kata. Untuk menghasilkan
judul yang efektif, penulis harus menggunakan sesedikit mungkin kata namun mampu
merepresentasikan sebanyak mungkin isi naskah. Cukup menantang.

Kedua, abstrak. Naskah yang di-submit oleh penulis, pertama-tama akan dibaca oleh penyunting (editor).
Naskah yang bagus akan diteruskan ke reviewers.
Dari reviewers, naskah dikembalikan
lagi ke editor untuk ditentukan
apakah diterima, perlu direvisi, atau ditolak. Dalam alur proses itu, abstrak
berperan sebagai the advertisement of the
article,
atau ‘iklan’ yang menentukan apakah sebuah naskah akan dibaca
seluruhnya atau tidak oleh editor atau
reviewers. Tidak berlebihan, jika
pada titik yang paling spektakuler, abstrak/abstract
merupakan variabel terpenting di balik penerimaan (acceptance) sebuah naskah.

Teknis penulisan abstrak, khususnya abstract berbahasa Inggris, bergantung
pada gaya selingkung jurnal target. Jumlah kata dalam abstrak bisa berbeda
antara satu jurnal dengan jurnal lainnya. Penulis harus mencermati author guidelines atau article template yang berlaku. Meski
jumlah kata dalam abstrak bisa variatif, secara prinsip struktur abstract menyakup: (1) pendahuluan (introduction) yang ditulis dalam 1-2
kalimat dalam bentuk present perfect
atau simple present tense; (2) tujuan
(aim) disajikan dalam present tense atau past tense; (3) metode penelitian yang disajikan dalam past tense; (4) temuan dan hasil (findings and results) yang disajikan
dalam present tense; dan (5)
implikasi atau rekomentasi yang umumnya disajikan dalam simple future tense. Jika jumlah kata dalam abstrak sangat
dibatasi, penulis hanya perlu menyajikan tujuan, metode penelitian, dan temuan.

Ketiga, discussion.
Salah satu struktur standar sebuah jurnal adalah IMRAD (Introduction, Method, Result, and Discussion).
Di titik ini, penulis pemula patut mencermati beberapa istilah teknis sebelum
menyusun discussion. Di antara
istilah teknis itu adalah: masalah penelitian (research problem), pertanyaan penelitian (research question), temuan penelitian (findings), dan hasil penelitian (results). Satu masalah penelitian dapat diturunkan menjadi
beberapa pertanyaan penelitian. Jika seorang penulis, misalnya, mengajukan dua
pertanyaan penelitian, penulis harus menyajikan dua jawaban penelitian. Jawaban
penelitian dianggap valid jika ada data dukung yang bisa berupa tabel, grafik,
kutipan wawancara, foto, angka, atau ringkasan isi (Ada banyak penulis yang
memulai penulisan jurnalnya dari penyajian data dukung tersebut). Jawaban
terhadap pertanyaan penelitian inilah, menurut sebuah pendapat, yang disebut
temuan penelitian (research findings). Sampai
sini, patut dicatat bahwa sebuah skripsi (level S1) dipandang selesai jika
sudah memuat research findings.

Pada tugas akhir di level S2 dan S3, sebuah temuan
penelitian masih harus didialogkan dengan teori atau hasil penelitian terdahulu
yang relevan. Dialog tersebut untuk menegaskan posisi dari temuan penelitian,
yaitu apakah mendukung, menolak, atau memunculkan teori baru. Hasil dari dialog
tersebutlah yang kerap diistilahkan dengan hasil penelitian (results). Namun begitu, perbedaan antara
temuan dan hasil penelitian itu adalah sebuah pendapat. Pendapat (baca ‘praktik’)
lain di lapangan memperlihatkan bahwa dialog antara temuan dan teori, adalah
sesuatu yang menjadi sajian pada sub discussion
pada struktur IMRAD.

Ragam pendapat terkait istilah teknis tidak perlu
diperdebatkan secara berlarut. Tetapi untuk dijadikan pijakan dalam merespon article template yang juga beragam
adanya. Satu hal yang patut dicermati bahwa sebuah skripsi tidak bisa begitu
saja dikonversi menjadi jurnal tanpa menambahkan sub discussion. Dalam proses penulisan discussion, pengayaan referensi berupa jurnal dan keterampilan
menggunakan reference manager menjadi
faktor tambahan lain selain judul, abstrak, dan discussion.

Ditulis untuk memotret sebuah upaya mengonversi
skripsi mahasiswa TBI IAIN Metro menjadi artikel jurnal nasional terakreditasi
peringkat 2 (Sinta 2):  
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/edulite/article/view/9588

Metro, 01 Maret 2021

 

"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

socio, echo, techno, preneurship
[radio_player id="1"]
"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.