socio
eco-techno
preneurship

Dekati dan Kenali Era 4.0

34wepo

Era industri 4.0 sudah secara
konkret terjadi dan menuntun sebagian besar manusia ke arah persaingan yang
lebih ketat. Era industri 4.0 ini memang sudah selayaknya terjadi, sejalan
dengan tingkat kreativitas dan inovasi manusia yang semakin berkembang. Ketika
sebagian manusia dengan kerja kerasnya mampu berevolusi sampai pada titik
industri 4.0, maka sebagian besar manusia lainnya juga harus akrab terhadapnya
(era 4.0), untuk sampai kepada titik setelahnya, yang mungkin mengunggulinya.

Dalam sudut pandang negara,
Indonesia sendiri masih merangkak dan belum bisa berjalan tegak untuk
mengimbangi era 4.0 ini. Dalam hal ini, Indonesia masih memiliki kesiapan dalam
kategori separuh tenaga, jika dibandingkan dengan negara ASEAN lain seperti
Singapura, Thailand, dan lain-lain yang cukup power full dalam menghadapi era
4.0, baik dari segi SDM ataupun infrastruktur.

Dalam grafik yang menggambarkan
perbandingan tentang kesiapan teknologi antara negara-negara anggota ASEAN untuk
menghadapi era 4.0, diantaranya Indonesia, Singapura, Thailand, Malaysia,
Filipina, Laos, Kamboja, Brunei Darussalam dan Vietnam, menjelaskan bahwa pada
tahun 2017-2018, Indonesia berada pada peringkat ke-6 dari 9 negara ASEAN
tersebut dalam hal kesiapan teknologi dalam menghadapi era 4.0. Data ini
diambil dari Schwab dan Sala-i-Martin, 2015 dan 2018
yang sudah diolah dalam buku “PERSAINGAN INDUSTRI 4.0 DI ASEAN. DI MANA POSISI
INDONESIA” Yang ditulis oleh Nitia Agustina. K. A.[1][1]

Berdasarkan data yang berasal dari
sumber yang sama, bahwa antara angka 0-6, kesiapan Indonesia dalam bidang
teknologi untuk menghadapi era industri 4.0 ini masih berada di angka 3,9.
Artinya, masih jauh dari kata full powwer
untuk Indonesia dalam hal teknologi untuk bersaing di era 4.0 ini.

Berdasarkan numerik yang ada, tentu
menyulut tindakan pemerintah untuk membuat kebijakan. Diantaranya lahirnya
kebijakan Making Indonesia 4.0. Making Indonesia 4.0 merupakan sebuah roadmap untuk meningkatkan competitiveness Indonesia, dalam merevolusi strategi industri, agar
lebih berdaya saing global di era 4.0 ini.[2][2]
Kemudian, yang diharapkan bahwasanya, Making Indonesia 4.0 yang dirancang oleh
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) ini bukan hanya sebuah kelatahan akibat
lahirnya revolusi industri 4.0. Melainkan, tentu diharapkan Making Indonesia
4.0 ini benar-benar bentuk kesadaran pemerintah dalam membangun semangat
berevolusi dalam mengoptimalkan kesiapan bersaing di era 4.0, serta
mempersiapkan menuju era selanjutnya yaitu era 5.0.

Dalam infografik yang terdapat dalam buku "Persaingan Industry 4.0 Asean, Di Mana Posisi Indonesia" oleh Nitia Agustina menunjukkan bahwa, selain rendahnya kesiapan
teknologi Indonesia dalam menghadapi Era 4.0, juga memperlihatkan rendahnya
tingkat innovation. Tentu ini merupakan suatu tantangan besar bagi
Indonesia, untuk dapat meningkatkan kesiapan teknologi serta meningkatkan
inofasi-inofasi yang lahir dari putra-putri terbaik bangsa.

Indonesia sangat membutuhkan
sumbangsih pemikiran inovatif dalam rangka membangun kesiapan Indonesia di era
4.0 selain dari pada kesiapan teknologi. Konektivitas serta komunikasi yang
semakin konvergen, yang kemudian membuat seluruh bagian dunia tanpa sekat,
membuat persaingan yang semakin terbuka dan luas, sehingga memerlukan kekuatan
yang lebih untuk dapat bersaing secara global.

Sebagai pemuda bangsa, sudah
selayaknya kita menumbuhkan mental owner,
dan membuang jauh-jauh keinginan menjadi karyawan, manajer di perusahaan besar
serta jabatan-jabatan lain di perusahaan-perusahaan besar yang hanya
mempertahankan status buruh (pesuruh) bagi mereka yang menjalaninya.

Generasi milenial, yang pada
dasarnya terlahir di tengah maraknya perkembangan teknologi informasi, dan
sudah banyak mengenal apa dan bagaimana teknologi, merupakan peluang yang
sungguh berharga untuk dapat dimanfaatkan, dengan cara memanfaatkan media
sosial serta fasilitas digilal lainnya untuk dapat membuat semakin kreatif.
Dari kreativitas serta ketepatan memanfaatkan teknologi dan media sosial yang
ada, dapat melahirkan perusahaan daring yang bernilai ekonomis, walaupun dalam
skala kecil. Misalkan blog, web site, market
place
dan yang lainnya.

Sudah saatnya generasni milenial
menjadikan konektivitas serta keterbukaan informasi yang ada ini bukan hanya
sekadar untuk hiburan dan eksistensi saja. Melainkan bagaimana kita
memanfaatkan konektivitas jaringan yang semakin luas ini untuk hal-hal yang
lebih berharga serta berpotensi meningkatkan kreativitas dan berpotensi untuk
bernilai ekonomis.

Generasi milenial harus banyak fokus
kepada pembangunan yang sifatnya berbasis digital. Mulai membangun perusahaan
sendiri melalui jejaring yang ada. Dan menumbuhkan semangat owner agar ada di
dalam diri setiap pemuda Indonesia. Dengan begitu, kurangnya kesiapan teknologi
yang dialami Indonesia dalam bersaing di era 4.0, akan tertopang dengan
semangat kompetitif SDM nya dalam bersaing di era otomasi (4.0) ini. 

 

Penulis : WEPO

 


 

 

"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

socio, echo, techno, preneurship
[radio_player id="1"]
"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.