socio
eco-techno
preneurship

ESENSI IDUL ADHA, PENGORBANAN UNTUK KEMENANGAN

IMG-20250608-WA0019

Oleh :

Prof. Dr. Siti Nurjanah, M. Ag.

(Guru Besar UIN Jurai Siwo Lampung)

 

أَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

Hari raya Idhul Adha biasa dirayakan oleh umat Islam di seluruh dunia pada tanggal 10 Dzulhijjah setiap tahunnya. Hari raya Idhul Adha adalah refleksi dari penghambaan diri Nabi Ibrahim as., dan Nabi Ismail as. kepada Allah SWT. Sebuah perintah berat tetapi harus dilaksanakan, bagaimana tidak? Nabi Ibrahim as yang telah lama merindukan seorang anak yang dielu-elu untuk menjadi generasi penerus, lalu Allah kabulkan dan dikaruniai seorang anak yang tampan,cerdas, dan beriman di masa usianya yang sudah tidak lagi muda. Di tengah kebahagiaannya bersama istrinya Sayyidah Siti Hajar atas kehadiran putra yang kemudian diberi nama Ismail, harus mendapat ujian melalui mimpi dalam tidurnya.

Perasaan resah, bingung bercampur kecewa tergabung menjadi satu ada dalam benak pikiran Nabi Ibrahim as. Akankah mimpi itu akan menjadi kenyataan? Inilah ujian orang yang beriman, haruskah aku mengorbankan sesuatu yang sangat aku cintai, yang sudah aku tunggu lama, yang sangat aku banggakan? Pikiran-pikiran itu terus menggelayut dalam lamunannya. Inilah sifat yang ada pada diri manusia, memiliki rasa khawatir akan kehilangan sesuatu yang sangat dicintai, disayangi, dibanggakan, diunggulkan dan sebagainya. Terkadang lupa bahwa semua itu ada yang memilikinya yakni Allah Tuhan Yang Maha Esa.

Hingga akhirnya Nabi Ibrahim as memutuskan untuk menceritakan mimpinya kepada Ismail kecil yang disayanginya. “Wahai anakku tercinta, sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku menyembelihmu. Maka perhatikanlah bagaimana pendapatmu”. Ia menjawab: “Wahai ayahku, perintahkanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insyaallah, engkau akan mendapati aku termasuk orang-orang yang sabar” ( Q.S. as-Shaffat (37): 102 ) Lalu disebutkan di ayat berikutnya;

“Maka ketika keduanya telah berserah diri dan Ibrahim telah meletakkan Ismail pada keningnya” ( Q.S. as-Shaffat (37): 103). Akhirnya dijelaskan dalam ayat berikutnya; “Dan Kami tebus anak itu dengan sembelihan yang besar” (Q.S. as-Shaffat (37): 107).

Ayat-ayat tersebut di atas telah menceritakan sifat Nabi Ibrahim yang sangat sabar. Putra satu-satunya Ismail yang telah ditunggu lama bahkan sampai dirinya menua, namun harus siap menerima perintah Allah SWT untuk menyembelihnya. Lalu Ismail, yang juga memiliki kesabaran dan ketaatan yang kuat tidak gentar menerima perintah tersebut dan langsung menyetujuinya dan menyilahkan ayahnya untuk  melaksanakannya. Perintah ini tentu sangat berat bagi Nabi Ibrahim, namun ia tetap menjalankannya dengan penuh kesabaran dan ketaatan. Ismail pada saat itu menurut sebagian pendapat, masih berumur 7 tahun, ada juga yang mengatakan berumur 13 tahun, sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Wahbah Zuhaili dalam kitab Tafsir Al-Munir.

Setelah dua insan, ayah (Nabi Ibrahim) dan putra (Ismail) yang penuh kesabaran dan ketaatan hanya kepada Allah SWT, maka buah dari kesabaran dan ketaatan tersebut Allah SWT menurunkan mukjizat yakni mengganti Ismail dengan sembelihan yang besar berupa domba/kambing, sehingga Ismail selamat dan Nabi Ibrahim diabadikan sebagai teladan kesetiaan dan ketaatan kepada Allah SWT.

Menurut Syekh Jalaluddin Al-Mahalli dalam kitab Tafsir Al-Qur’an al-Karim, bahwa kambing yang digunakan sebagai ganti dari penyembelihan tersebut merupakan sembelihan yang agung (dzibhul azhim), karena sebenarnya, kambing ifu merupakan kurban Habil yang diangkat ke langit, saat Allah memerintahkannya untuk melaksanakan kurban, lalu digembalakan di surga untuk waktu yang sangat lama.

Hikmah dari peristiwa tersebut, maka umat Islam di seluruh dunia menjalankannya menjadi ibadah kurban setiap tahun mulai tanggal 10 Dzulhijjah dan ditambah hari tasyrik 11-13 Dzulhijjah, sebagaimana tahun ini di 1446 H/6 Juni 2025 dan hari tasyrik di tanggal 7-9 Juni 2025 M, sebagai tanda syukur atas semua nikmat yang telah Allah berikan setiap tahunnya.

Idhul Adha adalah bukan hanya tentang penyembelihan hewan kurban, tetapi juga menjadi momentum untuk menggali nilai- nilai yang terkandung di dalamnya yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw. Pengorbanan yang memberi nilai ikhsan sebagai puncak keikhlasan, yakni bermakna seorang muslim yang ikhlas mempersembahkan yang terbaik kepada Allah SWT, baik dalam ibadah maupun dalam hubungan sesama manusia.

Keteladanan yang telah dicontohkan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS, adalah kisah ketaatan dan pengorbanan yang tak tergoyahkan, meski diganggu oleh bisikan-bisikan syetan tatkala menjalankan perintahNya. Oleh karenanya, kurban yang kita tunaikan adalah simbol dari pengorbanan yang suci, pengorbanan yang hanya berharap ridho Allah semata, dan sekaligus sebagai wujud syukur kita kepada Allah SWT atas semua nikmat karunia yang telah diljmpahkan kepada kita. Senantiasa mensyukuri nikmat Allah agar terus bertambah dan tidak menjadi orang yang kufur.

Pengorbanan yang kita laksanakan adalah dalam rangka memperoleh kemenangan, setelah kita melaksanakan nilai luhur yakni ikhsan yaitu terus berbuat baik dan terus berupaya melaksanakan apapun pekerjaan positif dengan sebaik-baiknya dalam interaksi kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa dan kepada semua mahklukNya termasuk kepada sesama manusia.

Esensi Idhul Adha sebagai ibadah kurban bukan hanya pada aspek fisik daging atau darah hewan yang disembelih saja, karena Allah Maha Kaya yang tidak membutuhkannya. Namun kesempurnaan iman dengan ketakwaan dan keikhlasan dalam berkurban itulah yangbakan diterima oleh Allah SWT menjadi sebuah kemenangan yang akan dicapai oleh manusia.

Esensi Idhul Adha yang juga harus menjadi perhatian adalah berkurban untuk menanamkan kesalehan sosial. Daging dan darah hewzn kurban tidak akan sampai kepada Allah SWT karena hanya merupakan simbol dan fasilitas beribadah, namun secara hakiki hewan kurban tersebut akan diterima dan sangat bermanfaat bagi sesama. Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibn ‘Asyur dalam kitabat-Tahrir wat Tanwir, juz 17, halaman 267, dengan maknanya, bahwa “Mengalirkan darah dan memotong daging hewan  kurban itu bukan bertujuan untuk beribadah, akan tetapi sebagai fasilitas untuk menebar manfaat kepada orang lain dengan memberikan hadiah karena daging, kulit, dan bagian-bagian lain dari hewan tidak akan bisa dimanfaatkan, kecuali dengan disembelih. Sesungguhnya tujuan disyari’atkannya kurban adalah untuk menebar manfaat kepada orang lain”.

Penting untuk diperhatikan juga dalam memahami esensi Idhul Adha ini adalah terus melakukan kebaikan-kebaikan yang dapat bermanfaat bagi umat, karena sebaik- baik manusia adalah yang mampu memberikan manfaat kepada orang lain. Sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan akan mendapat ganjaran yang sudah disiapkan oleh Allah SWT. Dan sekecil apapun keburukan yang kita lakukan juga pengawasan Allah sangat ketat dan akan mendapatkan balasan yang juga sudah disiapkan olehNya. Oleh sebab itu, ibadah kurban ini menjadi momentum penting untuk kita terus melakukan kebaikan terhadap sesama. Berkurban untuk mendapatkan kemenangan, dan hanya Allah SWT yang Maha Memiliki untuk diberikan hak kepemilikan hamba bersifat sementara. Pemilik hakiki hanyalah Allah, jangan lelah untuk berkurban baik dalam makna sesungguhnya yakni menyiapkan hewan kurban ataupun makna berkurban yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Berkurban untuk tetap berbuat baik, berkurban untuk meninggalkan sifat iri, dengki, hasud, adu domba, dan sifat-sifat buruk lainnya yang dilarang oleh agama.

Peristiwa Idhul Adha ini memberikan pelajaran penting untuk terus melakukan kebaikan, meski dengan melakukan hal- hal kecil. Kepada siapapun kebaikan itu dapat kita lakukan tanpa memilah dan memilih agar dapat dirasakan manfaatnya. Kita tidak pernah tahu kebaikan mana dan apa yang akan menjadi pintu masuk mendapat ridha dan ampunan dari Allah SWT.

Semoga kita tergolong orang-orang memiliki karakter ikhsan sebagai identitas utama, meski terlihat kecil dimata kita. Semoga dengan pengorbanan yang kita lakukan dengan keikhlasan dan ketaatan yang  tinggi hanya kepada Allah SWT dapat menjadi jalan kita memperoleh kemenangan dan menjadi hamba yang selalu bersyukur. Wallahu A’lam bi al- shawwab.

"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

socio, echo, techno, preneurship
[radio_player id="1"]
"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.