socio
eco-techno
preneurship

ISLAM DAN GENERASI SANDWICH

IMG-20250520-WA0097

Oleh : Mukhtar Hadi

 

Bagi yang pernah menonton film “Satu Kakak Tujuh Keponakan” pasti dapat melihat gambaran tentang tokoh Moko yang mewakili Sandwich Generation (Generasi sandwich). Moko diceritakan baru saja lulus kuliah dan tinggal bersama kakaknya yang sudah berkeluarga. Kakaknya memiliki beberapa anak, yang berarti merupakan keponakan Moko. Suatu saat, kakak ipar Moko, suami kakaknya,  terkena serangan jantung dan mengakibatkan ia meninggal dunia. Tidak seberapa lama kemudian, kakaknya yang kebetulan sedang hamil tua melahirkan. Kodratullah, kakak perempuan Moko menyusul suaminya meninggal dunia pasca melahirkan. Jadilah Moko memupus cita-citanya untuk studi S2 dan bekerja karena harus mengurus dan membiayai keponakannya yang begitu banyak dan diantaranya ada yang masih bayi.

Film Satu Kakak Tujuh Keponakan secara umum menceritakan mengenai Generasi Sandwich,yaitu generasi yang memiliki beban ganda, atau bahkan berlipat-lipat. Dia tidak hanya bertanggungjawab menghidupi dirinya dan anak istrinya, tetapi masih harus menanggung anggota keluarga yang lain. Anggota keluarga itu bisa saja orang tua, keponakan, sepupu atau saudara dekat lainnya. Dalam kultur masyarakat kita yang guyub rukun dan memiliki hubungan kekerabatan yang tinggi fenomena generasi sandwich seperti ini sesungguhnya hal yang lumrah ditemui dimana-mana. Masyarakat kita sudah terbiasa dengan kondisi yang demikian. Walaupun banyak juga generasi yang tidak berada dalam posisi terjepit pada beban ganda tersebut. Mereka cukup menghidupi keluarga intinya saja yang terdiri dari suami, istri dan anak.

Generasi sandwich secara teoritis menggambarkan orang-orang yang berada di antara dua generasi, yaitu generasi tua (orang tua) dan generasi muda (anak-anak). Mereka biasanya memiliki tanggungjawab untuk merawat orang tua dan membesarkan anak-anaknya. Istilah sandwich generation, pertama kali disampaikan oleh Dorothy A.Miller tahun 1981, seorang guru besar dari Universitas Kentucky untuk menggambarkan sekelompok individu yang memiliki tanggungjawab secara finansial untuk merawat orang tua yang telah berusia lanjut dan anak-anak mereka. Beban ganda tersebut yang dianalogikan seperti sandwich, roti apit yang terdiri dari lapisan sayuran, keju atau daging yang diiris, sehingga makanan itu isinya berlapis-lapis.

Pada konteks masyarakat Indonesia, ada banyak rumah tangga muda yang tidak hanya menanggung orang tuanya yang sudah tidak produktif, tetapi juga menanggung saudara lainnya yang karena alasan ekonomi atau faktor tertentu. Seperti cerita Moko di atas, ia harus menanggung beban finansial keponakannya yang berjumlah tujuh dan juga kakaknya. Bukan hanya seperti sandwich tetapi seperti kue lapis yang lapisannya tidak hanya dua atau tiga tetapi berlapis empat, lima atau lebih.

Secara sosial generasi sandwich dinilai sebagai generasi yang menderita karena terhimpit dalam beban tanggungjawab yang berlebih. Seharusnya mereka cukup menanggung biaya hidup istri dan anaknya saja, tetapi kenyataannya harus pula menanggung biaya hidup orang tuanya, atau keponakannya, atau saudara-saudaranya. Banyak yang memandang mereka ini generasi ‘sial’ karena berada dalam posisi yang kurang beruntung.

Namun dalam pandangan Islam, generasi sandwich adalah generasi yang beruntung, sebab diberikan kesempatan untuk merawat bapak ibunya atau jika ada kerabat tinggal bersamanya, mereka bisa ikut membantu kerabat dekatnya. Islam memandang anak yang merawat orang tua adalah bentuk tanggungjawab dan kewajiban sebagai seorang anak. Merawat orang tua adalah perwujudan bakti seorang anak kepada orang yang melahirkan dan merawatnya sedari kecil hingga menjadi dewasa. Semuanya dianggap bukan sebagai beban, tetapi sebagai amal shaleh yang bernilai kebaikan disisi Tuhan Yang Maha Kuasa.

Dalam Al-Qur’an Allah SWT memerintahkan agar jangan menyembah selain Allah, dan berbuat baik kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin (QS. Al-Baqarah:83). Allah juga mewasiatkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandung dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah pula. Mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan (QS. Al-Ahqaf:15). Juga diperintahkan kepada manusia agar jangan mempersekutukan Allah dengan apapun, berbuat baiklah kepada orang tua, dan janganlah membunuh anak-anakmu karena kemiskinan (QS.Al-An’am:151). Dalam ayat lain lagi, manusia diperintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua dan jika keduanya sampai lanjut usia dan dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali mengatakan ‘ah’ , jangan membentaknya, ucapkanlah perkataan yang baik (QS. Al-Isra: 23). Doakan kepada kedua orang tua, “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua menyayangiku pada waktu kecil” (QS.Al-Isra:24).

Dengan demikian merawat orang tua dan menanggung seluruh beban hidupnya dinilai sebagai balas budi seorang anak kepada kedua orangtuanya. Jika pun dihitung balas budi tersebut tidak akan ternilai jasa-jasa orang tua dalam merawat dan mendidik anak-anaknya. Generasi sandwich bukanlah generasi yang menderita tetapi mereka adalah generasi yang beruntung karena memiliki kesempatan merawat orang tuanya dan membantu kaum kerabatnya. Wallahu a’lam bishawab. (mh.19.05.25)

"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

socio, echo, techno, preneurship
[radio_player id="1"]
"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.