socio
eco-techno
preneurship

Kampus Menyikapi Terorisme

68Lukman-Hakim

BEBERAPA hari lalu masyarakat di Indonesia heboh
oleh Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang sampai membawa dokter Rica Tri
Handayani dan anaknya menghilang beberapa hari. MUI menyebutkan Gafatar adalah
gerakan sempalan dari organisasi lama—al-kiyadah al-islamiyah—yang berganti
nama karena dulu pernah dilarang pemerintah.

Kemudian, Kamis (14/1/2016), masyarakat Indonesia
kembali geger oleh berita pengeboman Gedung Sarinah di Tamrin, Jakarta Pusat.
Seketika itu juga banyak pihak yang seolah menjadi seorang analis andal. Banyak
perspektif mengenai penyebab tragedi Sarinah, dari isu Islamic State of Iraq
and Syria (ISIS), pengalihan isu perpanjangan kontrak Freeport, Gafatar,
kelompok teroris yang sedang tumbuh, hingga pengalihan atas tertangkapnya
anggota DPR oleh KPK dari partai penguasa.

Lalu, bagaimana sebaiknya masyarakat menyikapi
rentetan kejadian yang heboh diberitakan di media, baik media sosial maupun
media mainstream. Haruskah grasah-grusuh menyimpulkan atau menunggu sampai
pihak berwajib memberi keterangan yang terang kebenarannya?

Memang wajar sikap reaksioner ketika disuguhi
Gafatar atau Sarinah. Tetapi, sikap reaksioner ini harus diimbangi dengan
pengumpulan banyak fakta sehingga dapat berpikir rasional, tidak mudah
terpengaruh dan tetap tenang dalam mengambil sikap.

Menurut keterangan Kapolda Metro Jaya, pelaku aksi
teror di Sarinah adalah jaringan ISIS yang ada di Indonesia. ISIS dianggap
sebagai terorisme yang menggunakan Islam untuk melancarkan setiap aksi
terornya. Kemudian masyarakat ikut latah dengan menyebut bahwa ISIS adalah
bagian dari kelompok Islam yang melakukan aksi kekerasan, bom bunuh diri, atau
aksi terorisme.

Penulis tidak sepakat jika aksi terorisme selalu
diidentikkan dengan Islam. Bukankah Islam tidak pernah mengajarkan melakukan
tindak kekerasan, memaksakan kehendak, dan menegasikan kemanusiaan. Sebaliknya,
Islam menyeru untuk bersikap lemah lembut, saling menghargai, toleransi—agama
rahmatan lil alamin.

Umat Islam diperintahkan agar menjaga dan meruwat
nilai kudus Islam yang rahmatan lil alamin tersebut sehingga penulis skeptis
jika pelakunya adalah orang yang mengaku memahami dan sudah menjalankan Islam
secara benar.

Aksi terorisme merupakan aksi sesat pikir dengan
ragam latar belakang kepentingan politik, egoisme kelompok, isu ekonomi, atau
perjuangan ideologi. Kemudian bumbu agama digunakan sebagai senjata untuk
merekrut anggota.

Iming-iming jihad, masuk surga, membela agama adalah
cara ampuh untuk mendorong para anggota melakukan “jihad” sehinggga apa yang
diinstruksikan pemimpin adalah wajib dilaksanakan, termasuk harus melaksanakan
bom bunuh diri. “Kami dengar dan kami taat” tidak diimplementasikan dalam ranah
yang benar.

Selain aksi terorisme, bangsa Indonesia juga harus
peka terhadap masalah pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan yang
mengesampingkan sisi kemanusiaan. Sentimen suku, agama, ras, dan antargolongan
(SARA) sering ditonjolkan sehingga tindak kekerasan, aksi serang, atau tindakan
intoleran sering menjadi jalan pintas ketimbang dialog.

Kebebasan beragama/berkeyakinan adalah kekayaan
keberagaman bangsa Indonesia yang harus dijaga. Selama tidak menyimpang secara
hukum, memberikan hak beragama/berkeyakinan adalah sikap dewasa dalam menyikapi
perbedaan.

Berdasarkan data Wahid Institute, jumlah pelanggaran
kebebasan beragama/berkeyakinan pada 2013 sebanyak 245 peristiwa. Peristiwa
pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan sepanjang 2014 berjumlah 158
peristiwa dengan 187 tindakan. 

Dari jumlah tahun 2014, 80 peristiwa melibatkan 98
aktor negara, sementara 78 peristiwa melibatkan 89 aktor nonnegara. Walaupun
secara kuantitas berkurang, bayang-bayang kekerasan yang mengatasnamkaan agama
masih menjadi momok yang mengerikan di Indonesia.

Sikap Warga Kampus Lingkungan mahasiwa—kampus—selalu
mengalami perubahan yang dinamis. Pergesekan ideologi, doktrin-doktrin agama,
dan pemahaman baru mudah sekali akrab dengan mahasiswa. Ditambah dengan
pendekatan persuasif, sikap santun pembawa misi akan menarik mahasiswa bergabung
dengan kelompok tertentu.

Ketika mahasiswa sudah menjadi bagian kelompok
tertentu kemudian naik status menjadi militan, akan bertransformasi menjadi
pembela terdepan, prajurit andal yang siap berperang demi membeli kelompok yang
menangungi mereka. Yang repot kemudian adalah ketika mahasiwa menjadi militian
kelompok terorisme yang menghilangkan sisi kemanusiaan dan menegasikan manusia
lain.

Warga kampus dalam merespons berbagai aksi terorisme
sebaiknya menjadi garda terdepan yang membantu pemerintah untuk menyebarkan
kabar positif. Bukan menebar ketakutan menyebar berita-berita hoax yang tidak
diverifikasi kebenarannya. Seperti yang terjadi ada beberapa media yang
menyebar berita hoax yang akhirnya mendapatkan teguran dari Komisi Penyiaran
Indonsia (KPI).

Dengan status sosial setingkat lebih tinggi di
masyarakat, seharusnya kampus menjadi tempat untuk menemukan jalan keluar dari
berbagai kejahatan yang meniadakan kemanusiaan. Tidak hanya masalah terorisme,
tapi juga kejahatan sistemik lain, seperti masyarakat Kendeng yang menolak
semen, kasus Salim Kancil yang harus meregang nyawa demi menolak tambang pasir,
atau aksi Kamisan demi pencarian kerabat yang hilang dan belum ada keterangan
yang jelas selama bertahun-tahun.

Jangan sampai ada Salim Kancil baru di tengah hiruk
pikuk terorisme yang melanda negeri ini. Kampus harus menolak lupa atas
berbagai kasus kemanusiaan yang belum selesai sampai saat ini. Warga kampus
harus menjadi agen perdamaian yang menyuarakan nilai kebhinnekaan sebagai khazanah
yang dimiliki bangsa Indonesia.

Sebagai penutup, penulis ingin mengutip perkataan
Gus Dur, “Tidak penting agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu
yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu.” Tabik!

 

Penulis: Lukman Hakim

Pegiat Jurai Siwo Corner IAIN Metro


 

"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

socio, echo, techno, preneurship
[radio_player id="1"]
"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.