metrouniv.ac.id – 14/04/2025 – 15 Syawal 1446 H
Berwin Anggara, S.E., M.S.Ak, QRMA, CMiP, MOS. (Sekretaris Satuan Pengawas Internal / Dosen Program Studi Akuntansi Syariah IAIN Metro)
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di Indonesia memiliki peranan penting dalam pembentukan pemimpin masa depan yang tidak hanya berkualitas di bidang keagamaan tetapi juga mampu berkontribusi di berbagai sektor. Namun, saat ini tantangan besar muncul, termasuk perlambatan penyerapan lulusan di pasar tenaga kerja dan bonus demografi yang diprediksi akan terjadi mulai tahun 2030 hingga tahun 2040 mendatang. Bonus demografi yang dimaksud adalah proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan lebih besar jika dibandingkan dengan usia nonproduktif (65 tahun ke atas) dengan proporsi lebih dari 60% dari total jumlah penduduk Indonesia.
Seiring dengan hal tersebut, pemimpin PTKIN diharapkan dapat memainkan peran yang lebih aktif dan strategis. Harapan tersebut juga disematkan kepada Prof. Dr. Ida Umami, M.Pd.Kons yang telah dikukuhkan sebagai Rektor IAIN Metro 2025-2029 menggantikan Prof. Dr. Siti Nurjanah, M.Ag., PIA yang telah menyelesaikan masa jabatan Rektor pada periode sebelumnya.
Tantangan Penyerapan Lulusan
Pengamatan lapangan dan obeservasi yang dilakukan secara peer-to-peer oleh Penulis, mendapati bahwa lulusan PTKIN, dalam hal ini mengambil contoh IAIN Metro, menghadapi kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahlian mereka. Banyak dari mereka yang terjebak dalam status menganggur atau dipekerjakan di sektor-sektor yang tidak memanfaatkan keterampilan mereka secara maksimal. Dengan bonus demografi yang akan datang, jumlah angkatan kerja diprediksi meningkat signifikan, sehingga pemerintah dan PTKIN dalam hal ini IAIN Metro harus mempersiapkan lulusan dengan keterampilan yang relevan dan fleksibel.
Berdasarkan data yang dikutip dari ekspos Universitas Gadjah Mada (08/04/2025) melalui kanal web resminya, bahwa pada tahun tahun 2019, BPS mencatat pekerja sektor informal mencapai 74,09 juta orang (57,27% dari populasi). Kemudian meningkat di tahun 2024 hingga 84,13 juta orang (59,17% dari populasi). Dengan demikian, hampir 60% masyarakat di Indonesia bekerja secara self-employed atau wiraswasta karena minimnya ketersediaan lowongan kerja. Belum lagi tahun 2025 ini, dimana terjadi perlambatan ekonomi sebagai dampak dari berbagai kondisi global dan ketidakpastian ekonomi, seperti penetapan tarif resiprokal oleh Amerika Serikat yang baru-baru terjadi, ketidakpastian investasi dalam negeri akibat dari berbagai sentimen yang menyebabkan kondisi ekonomi nasional menjadi tidak menentu. Hal ini tentu saja dapat berdampak, baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap minat masyarakat untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Bagaimana tidak, dengan ketidakpastian jaminan pasca lulus studi sarjana akibat dari rendahnya serapan lulusan pada sektor pekerjaan formal, menandakan bahwa industri saat ini benar-benar selektif dalam memilih calon pekerja yang direkrut, hanya mereka yang menampilkan skill terbaik, yang akan direkrut oleh pihak Pemberi Kerja. Belum lagi publik dibayang-bayangi dengan ancaman PHK masal yang terjadi di beberapa sektor industri akhir-akhir ini sehingga berdampak terhadap sekitar 44.069 pekerja yang terdampak PHK pada rentang JanuariFebruari 2025 berasal dari 37 perusahaan yang menutup pabriknya, pailit, dalam PKPU, efisiensi, dan relokasi, data dikutip dari kanal web Bisnis.com (16/03/2025). Kita tidak bisa memungkiri, bahwa sektor swasta masih sangat berperan dalam menyediakan lapangan pekerjaan di Indonesia, sehingga diperlukan kolaborasi yang apik antara Perguruan Tinggi sebagai penghasil sumber daya manusia berdaya guna, dan dunia usaha yang memerlukan sumber daya manusia dengan skill mumpuni.
Masyarakat saat ini sudah sangat informatif dalam menerima berbagai informasi, salah satunya terkait performa dan kinerja perguruan tinggi dimana para orang tua menitipkan anak-anaknya untuk menempuh pendidikan pada level yang lebih tinggi yakni sarjana. Deras dan cepatnya arus informasi di era digital saat ini, membuat publik dengan mudah melakukan komparasi antar perguruan tinggi, baik kinerja, output lulusan, dan daya saing perguruan tinggi itu sendiri. Baik Perguruan Tinggi (PT) negeri atau swasta, saat ini bersaing dalam hal kinerja, fasilitas dan penciptaan output lulusan untuk memikat calon mahasiswa baru yang akan melanjutkan studi, namun demikian di sisi lain, banyak juga
dari masyarakat utamanya kaum muda yang mempertimbangkan untuk menunda bahkan tidak melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini ditengarai sebagai akibat dari informasi semakin menurunnya serapan lulusan PT terhadap dunia kerja sektor formal, hal ini menyebabkan para kaum muda berupaya untuk mengembangkan skill lain yang dianggap relevan untuk dunia industri saat ini, sebut saja pekerjaan sebagai content creator, influencer, data analysis, web development, taxation dan financial book-keeping yang tidak serta merta memerlukan pendidikan formal sarjana. Banyak courses berbayar yang relatif terjangkau untuk diakses saat ini yang memberikan silabus pembelajaran terkait profesi-profesi tersebut secara komprehensif yang dibutuhkan dunia kerja. Cukup dengan mengambil courses singkat 3-6 bulan baik secara tatap muka ataupun daring, peserta sudah bisa meningkatkan skill dengan signifikan setelah mereka menyelesaikan pendidikan pada level menengah atas. Sehingga, terdapat kecenderungan para kaum muda banyak yang tertarik akan hal-hal seperti demikian, yang bersifat instan, cepat dan berdampak. Sedangkan untuk memenuhi tuntutan formalitas pendidikan, para kaum muda saat ini mempertimbangkan untuk mengambil pendidikan level sarjana secara daring atau jarak jauh, misalkan mengikuti pendidikan formal di Universitas Terbuka (UT) yang menawarkan fleksibilitas, atau juga beberapa opsi universitas yang menawarkan RPL (Rekognisi Pembelajaran Lampau) bagi mereka yang sudah memilik pengalaman kerja dan sertifikasi keahalian yang relevan dan ingin disetarakan, sehingga mendapat fasilitas belajar lebih singkat. Sebagai tambahan informasi, beberapa pekerjaan seperti yang Penulis sebutkan di atas, banyak yang bersifat on project, kontraktual dan tidak terikat waktu kerja, namun dapat berdampak pada portofolio. Hal ini tentu saja secara tidak langsung berimplikasi pada universitas-universitas yang menggelar pendidikan secara reguler, utamanya terhadap jumlah input para calon mahasiswa baru yang akan menempuh studi.
Di tengah tantangan global yang semakin volatile dan fluktuatif saat ini, PTKIN dalam hal ini IAIN Metro tentu perlu melakukan berbagai adaptasi, justifikasi dan penguatan yang dapat memposisikan diri sebagai salah satu referensi utama publik untuk berstudi lanjut, terutama untuk level pendidikan sarjana, beberapa strategi yang mungkin dapat dikaji lebih lanjut diantaranya: (1) Redesain kurikulum yang lebih responsif terhadap kebutuhan pasar kerja nasional dan global; (2) Menguatkan kolaborasi dengan sektor swasta untuk menciptakan program magang dan pelatihan yang relevan bagi mahasiswa; (3) Mendorong inovasi dan dan mengembangkan program entrepreneurship yang didukung oleh sistem inkubator bisnis untuk kalangan peserta didik sehingga mendorong penciptaan peluang kerja mereka sendiri; (4) Mengoptimalkan ekosistem pendidikan yang mendukung pengembangan soft skills dan hard skills, seperti meningkatkan pendidikan karakter, komunikasi, dan kemampuan kerja tim sebagai bagian dari kurikulum guna mempersiapkan lulusan yang siap pakai.
Penutup
Prof. Dr. Ida Umami, M.Pd.Kons yang telah dikukuhkan oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA sebagai Rektor definitif IAIN Metro periode 2025-2029, tentu saja diharapkan dapat membawa harapan dan semangat baru bagi seluruh sivitas akademika dengan pemikiran beliau untuk menjadikan IAIN Metro sebagai mercusuar keilmuan di tingkat nasional dan internasional. Ini mencerminkan keinginan untuk tidak hanya fokus pada pendidikan keagamaan, tetapi juga mencakup aspek akademis yang lebih luas dan relevan dengan isu-isu kontemporer dalam
masyarakat. Hal ini penting untuk meningkatkan citra IAIN Metro dan menarik minat mahasiswa dari berbagai kalangan. Dengan penguatan inovasi dalam kurikulum, kolaborasi yang lebih erat dengan industri, dan program kewirausahaan yang dijalankan, diharapkan kedepannya lulusan IAIN Metro tidak hanya siap memasuki dunia kerja, tetapi juga berkontribusi secara signifikan dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini, IAIN Metro diharapkan dapat menjawab tantangan bonus demografi dan menciptakan lulusan yang adaptif dan inovatif di era global yang semakin kompetitif.
Apreasiasi setinggi-tingginya tentu saja patut untuk disematkan kepada Rektor periode 2021-2025, Prof. Dr. Siti Nurjanah, M.A.g., PIA yang telah berdedikasi dalam mengembangkan lembaga IAIN Metro sehingga dapat memperoleh berbagai capaian yang baik selama perjalanan kepemimpinan beliau.