metrouniv.ac.id – 31/12/2024 – 29 Jumadil Akhir 1446 H
Dr. Ahmad Supardi Hasibuan, M.A. (Kepala Biro AUAK IAIN Metro)
Setiap pergantian tahun baru, apakah itu tahun baru hijriyah ataupun tahun baru miladiyah atau yang sering juga disebut dengan tahun baru masehi, senantiasa diperingati umat manusia sesuai dengan tradisi dan budaya masyarakat setempat. Peringatan tahun baru ini dirayakan mulai dari tingkat yang paling rendah di sebuah kelurahan, sampai dengan tingkat yang paling tinggi di sebuah negara. Peringatan bukan hanya dilaksanakan di Indonesia, tetapi juga dilaksanakan di hampir seluruh belahan dunia. Ada yang memperingatinya dengan hiburan semalam suntuk, dengan mengundang band terkenal, orkes gambus, wayangan, dan yang paling rendah adalah begadang semalam suntuk, menunggu terjadinya pergantian tahun.
Peringatan pergantian tahun baru, hendaknya tidak hanya sekedar dilaksanakan dengan kegiatan yang bersifat hura-hura dan pemborosan, tetapi lebih dari itu, hendaknya peringatan itu dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kesiapan diri dalam menyongsong tahun baru yang akan datang. Dengan demikian, kita lebih siap menghadapi tahun berikutnya, dibandingkan de- ngan tahun-tahun sebelumnya. Kesiapan ini sangat penting, sebab tantangan dan peluang yang dihadapi tahun depan jauh lebih berat dibandingkan dengan tahun yang baru saja dilalui. Peluang dan tantangan ini, sangat tergantung pada kesiapan kita untuk memanfaatkannya.
Trend Baru
Ada satu hal yang sungguh menggembirakan bagi kita bangsa Indonesia, ternyata peringatan pergantian tahun baru yang dilaksanakan akhir-akhir ini, ada perubahan paradigma dari trend lama menuju trend baru. Trend lama, peringatan pergan- tian tahun baru biasanya dilaksanakan dengan mengundang artis ibu kota sambil berjoget ria sepanjang malam, berkeliling kota dengan kenderaan sambil membunyikan klakson sekuat-kuatnya, berjalan kaki sepanjang malam di jalan raya sambil meniupkan terompet, bahkan ada yang mabuk-mabukan dengan minuman beralkohol, dan segala macamnya. Kegiatan seperti ini, bukannya akan memperbaiki dan mempersiapkan diri menghadapi masa depan, tetapi justru menjerumuskan diri ke jurang kebinasaan.
Trend baru tersebut adalah melakukan peringatan pergantian tahun baru dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka mendekatkan diri kepada sang Pencipta Alam Semesta. Peringatan pergantian tahun baru tersebut adalah dalam kerangka rasa syukur atas nikmat yang dianugerahkan-Nya kepada umat manusia, sehingga dapat menjalani tahun lalu dengan sebaik-baiknya, sambil berdoa dan mempersiapkan diri untuk menghadapi tahun berikutnya yang lebih baik. Kegiatan yang dilaksanakan dalam konteks ini adalah evaluasi diri atau muhasabah atas apa yang telah dikerjakan setahun yang lalu, ditambah dengan zikir dan do’a kepada Yang Mahakuasa, agar diberikan kekuatan dalam menempuh tahun yang akan datang. Kegiatan seperti ini jauh lebih bermanfaat dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan seperti sebelumnya. Sebab dalam ke- giatan ini ada kedekatan dengan sang Pencipta, sedangklan kegiatan sebelumnya justru menjauhkan diri dari sang Pencipta. Sebagai umat dan bangsa Indonesia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, semuanya menyadari bahwa dalam hidup dan kehidupan ini, tidak terlepas dari campur tangan Tuhan. Agar masa depan yang akan dijalani sesuai dengan petunjuk Tuhan, maka sungguh tepat, jika hambaNya melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang dapat mendekatkan diri kepada-Nya.
Lima Kesadaran
Agar pergantian tahun baru yang kita peringati memiliki makna strategis dalam kaitannya dengan masa depan, maka hendaknya peringatan pergantian tahun baru itu dapat menim- bulkan lima kesadaran penting dalam setiap individu. Tanpa ini, maka pergantian tahun baru tersebut tidak dapat diambil hik- mahnya, sesuai dengan makna sesungguhnya dari peringatan pergantian tahun. Lima kesadaran penting tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, kesadaran untuk melakukan perubahan setiap saat ke arah kebaikan dalam segala bidang kehidupan dan dari waktu ke waktu. Kesadaran akan perubahan ini dilakukan berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan atas diri masing-masing, sehingga terjadi perbaikan kualitas individu, baik ilmu maupun kinerja. Hal ini sangat penting, sebab perubahan adalah sesuatu yang mutlak harus dimiliki setiap orang yang ingin maju dan mampu beradaptasi dengan masa depan. Perubahan bukanlah sesuatu yang harus dihindari, tetapi perubahan adalah sesuatu yang harus dijalani dan dihadapi, sebab perubahan itu mesti terjadi. Sese- orang yang ingin maju harus berani berubah dan melakukan perubahan. Orang bijak mengatakan, di dunia ini tidak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri.
Kedua, kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan dan kehormatannya, sebab manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan yang dalam dirinya telah ditiupkan Roh Tuhan. Salah satu tugas penting umat manusia, sebagai realisasi dari pengangkat- annya sebagai Khalifah Allah di muka bumi, adalah memanusia- kan manusia. Oleh karena itu, setiap manusia bertanggung jawab atas manusia yang lainnya, berkewajiban menolong antara satu sama yang lain, dan bahkan ikut bersedih manakala manusia yang lainnya ditimpa musibah. Sesama manusia diikat oleh persaudaraan sejati, sebab berasal dari nenek yang satu yaitu Nabi Adam as dan bersumber dari asal yang satu yaitu tanah.
Ketiga, kesadaran akan nilai-nilai tangung jawab sosial, sehingga tercipta suatu suasana dimana satu bangsa atau satu suku dan atau satu diri, bertanggung jawab dengan bangsa, suku dan diri yang lainnya. Seluruh umat manusia harus saling bertang- gungjawab, saling memajukan, dan saling melindungi. Tidak boleh ada manusia yang mengeksploitasi manusia yang lainnya untuk kepentingan dirinya sendiri. Apalagi memperbudak seseorang dengan memperlakukannya seperti binatang. Tuhan menciptakan ada manusia atau bangsa yang maju dan ada pula manusia atau bangsa yang kurang atau tidak maju. Ada yang kaya dan ada pula yang miskin. Ada yang kuat dan ada pula yang lemah. Ada yang berkulit putih dan ada yang berwarna. Kesemuanya ini, harus terjalin hubungan yang harmonis dan sinergis, sehingga sama-sama dapat menikmati rahmat ciptaan Tuhan di dunia ini.
Kempat, kesadaran akan persaudaraan sejati, di mana seluruh umat manusia adalah bersaudara, berasal dari nenek yang satu yaitu Nabi Adam As, dan diciptakan dari bahan yang sama yaitu tanah. Tuhan secara sengaja menciptakan manusia bersuku-suku dan bergolong-golongan, namun itu semua diciptakan-Nya untuk saling kenal mengenal antara satu sama yang lain. Manusia sama derajatnya di hadapan sang Khaliq, tidak ada diskiriminasi di antara mereka, namun yang dapat membedakannya hanyalah kualitas ketakwaannya.
Kelima, kesadaran akan ketuhanan, ternyata hidup ini tak bisa dilepas pisahkan dari peran-peran Ilahiyah. Manusia membu- tuhkan Tuhan karena Tuhan adalah pencipta umat manusia. Secara teologis, Tuhan telah menciptakan semua hal yang terkait dengan seseorang. Manusia tinggal menjalankannya saja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan-Nya. Rencana Tuhan ter- sebut bersifat rahasia, tidak ada satu pun di antara umat manusia yang dapat menyibak tabir rahasia itu, termasuk para Nabi dan Rasul-Nya, sebagai orang-orang yang paling dekat dengan-Nya. Manusia dituntut berusaha dan bekerja keras tanpa mengenal lelah. Bersamaan dengan itu, tentu harus dekat dan bersama dengan-Nya.
Apabila kelima kesadaran tersebut di atas, dapat diwujudkan dalam memasuki pergantian tahun baru ini, maka perjalanan bangsa ini akan mengalami peningkatan kualitas dan perbaikan di tahun-tahun berikutnya. Negeri ini akan semakin baik dalam memberikan pelayanan, perlindungan, pencerdasan, dan kesejah- teraan bagi rakyatnya.
Wallahu a’lam.