Mendalam dan Meluas

17, Cover Artikel Mendalam dan Meluas-28092025

metrouniv.ac.id – 28/09/2025 – 5 Rabiul Akhir 1447 H
Prof. Dr. Dedi Irwansyah, M.Hum. (Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kelembagaan UIN Jurai Siwo Lampung)

Diawali dengan sebuah istilah popular dalam dunia akademik: depth and breadth. Depth artinya kedalaman, sedang breadth berarti keluasan. Istilah depth and breadth  kerap digunakan sebagai standar untuk mendeskripsikan dimensi analitis dan dimensi intelektual sebuah karya ilmiah. Sederhananya, sebuah karya akademik dinyatakan solid manakala memiliki tingkat kedalaman dan keluasan yang baik.

Bila menyukai analogi, istilah depth and breadth boleh digayutkan dengan aktivitas seorang pelaut. Ada waktu di mana seorang pelaut berenang, seperti ada masa di mana ia perlu menyelam. Saat berenang, sang pelaut bergerak vertikal, mengarungi luasnya permukaan laut, menikmati buliran ombak, merayakan hangat cahaya matahari, dan menyaksikan luasnya cakrawala. Manakala beruntung, sang pelaut akan mendapat jenis ikan-ikan tertentu yang hidup di permukaan laut. Sebaliknya, saat menyelam,  sang pelaut bergerak vertikal dari atas ke bawah, menjelajahi kedalaman laut, merasakan tekanan air laut, menyaksikan kegelapan, menyusuri kesunyian, lalu menari bersama terumbu karang. Jika beruntung, sang pelaut dapat menemukan mutiara di dasar laut. Dus, berenang dan menyelam menghadirkan dimensi yang berbeda, meskipun dilakukan oleh pelaut yang sama.

Namun begitu, depth and breadth punya implikasi praktis yang saklek. Menyelam dulu, baru berenang. Ia mengajak untuk bergerak vertikal ke bawah terlebih dahulu. Baru, setelah mencapai dasar, kita diajak untuk bergerak horizontal. Karena dengan demikian, akan ada lebih banyak terumbu karang yang dapat disaksikan, dan akan ada lebih banyak mutiara yang menanti untuk dibawa ke permukaan. Depth and breath, menyarankan menyelam lalu berenang di kedalaman laut. Meski, tak ada pula larangan untuk berenang di laut permukaan.

Depth and breadth adalah juga semacam undangan untuk menempuh perjalanan sunyi seorang diri. Di dalam kehidupan akademik praktis, itu bisa bermakna seorang akademisi memasuki ruang baca pribadinya. Lalu, melakukan pembacaan tematis, membuat catatan-catatan kecil, mengumpulkan gagasan-gagasan dasar, mencari benang merah, lalu meramunya kembali dari sudut pandang yang berbeda. Sebuah sudut pandang yang lebih luas. Sebuah sudut pandang luas yang lahir dari kedalaman pembacaan dan pemahaman.  Karena depth and breadth adalah mendalam dan meluas, vertikal dan horizontal, di mana kesepian, kesunyian, kejenuhan, kegelapan, dan tekanan sangat mudah ditemukan.

Syahdan, memiliki pembacaan luas pastilah baik. Karena bermuara pada kepemilikan pengetahuan yang luas. Pun demikian dengan memiliki pembacaan dan pengetahuan yang mendalam. Namun depth and breadth  mesti diartikan sebagai ‘mendalam dan meluas’ karena di dalamnya ada anjuran untuk menyelam dulu sebelum berenang. Jika ditulis sebaliknya, meluas dan mendalam, hasil akhirnya boleh jadi berbeda.  Mungkin saja, orang akan lebih senang berpengetahuan luas namun kurang mendalam. Orang akan lebih suka mendapatkan ragam ikan yang hidup di permukaan laut, namun tak kunjung menemukan mutiara.

Terma depth and breadth tampak sewarna dengan istilah ‘aalim ‘allaamah pada tradisi keilmuan Islam. ‘Aalim ‘allaamah menggambarkan tingkat keilmuan seseorang yang menguasai banyak cabang ilmu alih-alih satu cabang ilmu semata. Kita patut menduga, seorang ‘aalim ‘allaamah mula-mula menguasai satu cabang ilmu secara mendalam. Lalu, ia merambah cabang-cabang ilmu lainnya, juga secara mendalam. Dengan begitu, ia menyelam terlebih dahulu lalu berenang pada kedalaman ilmu yang telah dimilikinya. Dus, seorang ‘aalim ‘allaamah sangat mungkin adalah mereka yang mempraktikkan strategi depth and breadth dalam kehidupan akademiknya.

‘Alaa kulliy haal, depth and breadth mengajarkan bahwa kedalaman patut diletakkan di atas keluasan. Menyelam dulu, lalu berenang. Masuk dulu baru bereksplorasi. Memasuki kota pengetahuan itu melalui satu pintu yang disukai. Dan setelah berada di dalam kota, berjalan-jalan menyusuri setiap sudut yang mungkin dijelajahi. Karena, memasuki kota pengetahuan melalui satu pintu, sama dengan menyelam ke dasar lautan. Dan berjalan-jalan menikmati keindahan ragam sudut kota, sama dengan berenang pada kedalaman lautan.

Berkaca dari istilah depth and breadth dan ‘aalim allaamah’, orang mungkin berkata: banyak membaca itu baik, namun membaca secara tematis itu lebih diutamakan. Karena banyak baca bisa jadi setara dengan berenang di

"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

socio, echo, techno, preneurship
"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.