Oleh :
Prof. Dr. Siti Nurjanah, M. Ag.
( Guru Besar UIN Jurai Siwo Lampung)
Padang Arafah adalah tempat dimana berkumpulnya jamaah haji seluruh dunia tanpa terkecuali. Tanpa terkecuali itu artinya bahwa seluruh jamaah tanpa membedakan suku, negara, bahasa semua berkumpul disana untuk melaksanakan wukuf sebagai ibadah wajib haji. Ibadah wajib itu harus dilaksanakan, dan jika tidak dilaksanakan maka tidak sah pelaksanaan hajinya. Bahkan jamaah haji yang sakit pun harus ikut wukuf di Arafah.
Padang Arafah itu adalah hamparan luas terbentang sebagai simbol Padang Mahsyar di hari akhir kelak. Tahun ini dan beberapa Tahun sebelumnya, seperti sejak di Tahun 2012 saat saya berhaji, Pemerintah Arab Saudi sudah menyiapkan tenda-tenda dan alas duduk untuk melaksanakan ibadah sudah sangat baik, sehingga jamaah dapat dengan khusyu’ melaksanakan ibadah wukuf. Ini sangat berbeda dengan di masa Rasulullah Saw yang masih dengan suasana alam terbuka. Saat panas yang tinggi dapat kita bayangkan betapa kondisi jamaah yang harus menahan panas teriknya matahari. Bahkan informasi cuaca di Tanah Suci di hari Arafah ini mencapai 50 Derajat Celcius. Dakwah yang dijalankan Rasulullah Saw kala itu benar-benar sebagai perjuangan dengan penuh keikhlasan. Lantunan doa-doa dipanjatkan dengan memohon ampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukan dan berharap terus bisa melaksanakan semua perintah Allah SWT dan meninggalkan semua laranganNya. Seluruh air mata tercurah di saat waktu wukuf tepat saat waktu dzuhur. Jamaah melaksanakan shalat berjamaah lalu mendengarkan khutbah yang mengingatkan tentang kematian, hari akhir, surga dan neraka dengan mengajak jamaah memohon ampun kepada Allah SWT.
Hari Arafah adalah waktu bagi jamaah haji melaksanakan wukuf di Arafah, mulai dari terbenamnya matahari (waktu dzuhur) pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai fajar terbit pada tanggal 10 Dzulhijjah. Di waktu inilah waktu mustajabah, maka bagi umat muslim yang tidak sedang melaksanakan haji disunnahkan untuk melaksanakan Puasa Arafah saat tanggal 9 Dzulhijjah. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Saw, yang artinya : “Puasa hari Arafah itu menghapus dosa 2 tahun: 1 tahun yang lalu dan 1 tahun yang akan datang”.
Menurut sumber berita di livemint.com bahwa tahun 2025 ini jamaah haji seluruh dunia berjumlah lebih dari dua juta orang dari 180 negara berkumpul di Padang Arafah untuk mengikuti prosesi wukuf. Pihak berwenang di Arab Saudi bahkan telah menempatkan alat penerjemah AI yang canggih pada saat inti ibadah haji wukuf di Arafah dilaksanakan. Selama pelaksanaan ibadah disajikan khutbah Arafah sebagai moment yang sangat penting dan menyentuh hati dalam haji, pada hari Kamis, 5 Juni 2025 Waktu Makkah. Gunung Arafah atau juga Padang Arafah diyakini sebagai tempat Nabi Muhammad Saw menyampaikan khutbah terakhirnya. Bahkan pada Tahun 2025 ini khutbah Arafah akan diterjemahkan dan disiarkan langsung ke dalam 35 bahasa, sehingga jutaan orang di seluruh dunia dan setiap jamaah di lapangan dapat mendengar pesan persatuan, kasih sayang, dan iman dalam bahasa mereka sendiri.
Khatib pada khutbah Wukuf di Arafah adalah Katib ‘Am Syuriah PBNU, KH Ahmad Said Asrori sebagaimana diberitakan dalam kemenag.go.id. Beliau menyampaikan pesan tentang pentingnya meneguhkan persaudaraan dan semangat kebangsaan; “Hari ini adalah hari yang dinanti-nanti oleh jutaan umat Islam di dunia. Hari ini adalah hari dimana semua jamaah haji berkumpul di padang Arafah. Semua bersimpuh, bermunajat dan bersujud di hadapan Sang Maha Pencipta, Allah SWT, untuk meraih ampunan dan ridhaNya. Lantunan talbiyah bergema memenuhi langit-langit Arafah.” Inilah sebagai gambaran bahwa nanti di Padang Mahsyar di saat semua manusia sudah wafat dan hari perhitungan itu tiba, maka semua makhluk Tuhan dikumpulkan untuk dimintai pertanggungan jawab selama kehidupan dunia.
Di padang Arafah semua manusia berkumpul dengan pakaian yang sama, berwarna putih sebagai lambang kesucian dan kesetaraan manusia di hadapanNya. Padang Arafah adalah miniatur Padang Mahsyar, dimana pangkat tak lagi berguna, kekuasaan, kekayaan dan kekuatan tak bisa lagi dibanggakan, bahkan status sosial juga tak ada lagi gunanya. Semua akan dibuka catatan kehidupannya di dunia dan semua akan ditimbang sesuai amal perbuatannya.
Wakuf di Arafah 1400-an tahun yang lalu Nabi Muhammad Saw mendeklarasikan persaudaraan kemanusiaan. Sebagaimana disabdakan beliau, bahwa “Wahai umat manusia, sesungguhnya Tuhan kalian satu, nenek moyang kalian juga satu. Kalian semua anak turun Nabi Adam AS dan Nabi Adam AS dicipta dari tanah. Ketahuilah bahwa tak ada keutamaan bagi orang Arab atas orang non Arab, atas orang non Arab dan orang Arab, kulit putih atas kulit hitam, kulit hitam atas kulit putih kecuali dengan taqwa”. (HR. Imam Ahmad)
Pesan KH. Said Asrori juga, bahwa persaudaran yang diajarkan Nabi adalah persaudaran sejati. Persaudaraan tanpa basa basi. Persaudaraan tanpa tapi. Persaudaraan yang penuh empati. Persaudaraan dengan sepenuh hati. Oleh karena itu, sesama saudara kita tiddak boleh menyakiti, tidak boleh mengkhianati, dan tidak boleh mendzalimi.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan beragam. Banyak suku, bangsa, ras, bahasa dan agama. Seruan yang dideklarasikan Nabi Muhammad saw 14 abad silam dijadikan sebagai semangat yang mampu meneguhkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Keanekaragaman tersebut hendaknya dijadikan suatu kekuatan untuk membangun Indonesia menjadi negara yang besar, maju dan sejahtera. Bangsa yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur yang tercantum dalam Al-Qur’an dapat terwujud.
Padang Arafah adalah tempat terbaik untuk beristighfar dan berdoa kepada Allah SWT. Arafah juga menjadi menggembleng menjadi pribadi-pribadi yang luhur, yang mencintai negara dan bangsa Indonesia, dan mampu meneguhkan persatuan dan kesatuan serta persaudaran antar sesama. Predikat hajjan mabruran, wa sa’yan masykura, wa dzanban maghfura, wa tijaratan lan tabur dapat diraih oleh seluruh jamaah haji yang wukuf di Arafah setiap tahun.
Demikianlah gambaran peristiwa wukuf di Arafah sebagai bagian penting, sebagai ibadah wajib haji yang harus dilaksanakan oleh semua jamaah haji. Wukuf di Arafah sebagai gambaran kehidupan di padang Mahsyar kelak. Mari terus lakukan kebaikan selama hidup di dunia ini, sebagai bekal menuju akhirat kelak di yaumul hisab. Kita hindarkan diri dari sifat sombong, iri dengki, hasut, fitnah dan adu domba yang akan merusak diri kita. Jangan berbuat dzalim yang membuat sakit hati orang lain, tetapi teruslah berbuat baik. Semua adalah untuk bekal menuju kehidupan abadi. Semoga Allah selalu memberikan kita pertolongan dan perlindungan di dunia dan bahagia di akhirat. Wallahu a’lam bi al shawwab