socio
eco-techno
preneurship

Rabi’ah al-Adawiyah, Chrisye & Ahmad Dhani

7. Cover Rabiah Adawiyah_18032025

metrouniv.ac.id – 18/03/2025 – 18 Ramadan1446 H

Prof. Dr. Dedi Irwansyah, M.Hum. (Wakil Dekan 3 FUAD/Guru Besar Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris di IAIN Metro)

“Ya Allah, jika aku menyembah-Mu karena menginginkan surga, jauhkanlah aku darinya. Jika aku menyembah-Mu karena takut neraka, masukkanlah aku ke dalamnya. Tetapi jika aku menyembah-Mu karena cinta kepada-Mu, janganlah Engkau jauhkan aku dari keindahan-Mu.” (Rabi’ah al-Adawiyah, 717–801 M)

Barangkali, dari refleksi Rabi’ah al-Adawiyah di atas itulah, lahir sebuah pembagian. Yaitu, pembagian tentang tiga jenis manusia dalam hal menyembah Allah SWT. Pertama, ada yang menyembah-Nya karena sangat menginginkan surga. Yang demikian, cenderung memiliki mentalitas pedagang. Kedua, ada yang menyembah Allah swt karena takut neraka. Yang begitu,  dekat dengan mentalitas budak. Ketiga, meski mungkin jarang, ada yang beribadah karena sadar bahwa Allah swt memang pantas disembah, bukan karena surga atau neraka. Yang terakhir disebut, adalah ibadah para pecinta sejati.

Jenis yang pertama adalah manusia yang beribadah kepada Allah swt karena sangat menggebu-gebu menginginkan surga. Mereka sholat, puasa, zakat, infak, dan melakukan ibadah-ibadah lainnya karena mengharapkan surga. Manusia yang seperti ini adalah seperti para pedagang. Mereka melakukan sebuah ibadah berdasarkan besar-kecil pahala. Di bulan Ramadhan, mereka gemar membaca al-Qur’an, rajin berinfak, gemar berbagi dengan sesama, karena di bulan Ramadhan semua perbuatan ibadah, dilipatgandakan semua pahalanya.

Jenis yang kedua adalah manusia yang beribadah kepada Allah karena sangat takut pada neraka. Mereka sholat, puasa, zakat, infak dan melakukan ibadah lainnya karena takut pada siksa api neraka. Tak jarang, dalam kesehariannya, kata ‘neraka’ menghiasi pembicaraan mereka, seakan-akan menjadi ancaman yang tak pernah jauh..  Manusia yang seperti ini adalah seperti para budak, yang bekerja keras agar tidak kena marah atau kena hukuman dari tuannya.

Jenis yang ketiga adalah manusia yang beribadah karena rasa cinta kepada Allah. Mereka beribadah bukan karena takut neraka, bukan pula karena mengejar surga, tetapi karena rindu dan syukur yang mendalam kepada Sang Pencipta. Ibadah mereka bukanlah perhitungan semata, melainkan sebuah ungkapan cinta dan pengabdian. Mereka tahu bahwa Allah layak disembah dan dicintai, dan ibadah mereka adalah bentuk penghambaan yang tulus. Inilah jenis ibadah yang paling sulit, namun juga yang paling indah, karena ia lahir dari kesadaran batin yang sangat dalam, sebuah ikhlas yang tidak mengharapkan apa-apa selain kedekatan dengan Allah.

Diduga keras, bahwa tiga jenis tersebut di atas bukanlah pembagian yang clear-cut. Bukan pembagian yang sangat nyata tanpa ambiguitas. Ketiga tipologi itu bisa saja bersemayam bersamaan dalam mentalitas seseorang. Tinggal kecenderungan dan intensitasnya saja yang bervariasi. Sehingga, mereka yang sangat ‘budak’, sesekali bisa menunjukkan mentalitas ‘pedagang’ atau bahkan ‘pecinta’. Alternatively, ketiga pembagian tersebut adalah sebuah lintasan, di mana seseorang bisa berangkat dari ‘budak’, lalu ‘pedagang’, dan berujung sebagai ‘pecinta’. Entah apa pun itu sejatinya, level ‘pecinta’ terdengar sebagai yang paling ideal dan membahagiakan.

Kini, termenung di balik meja kerja mendengar lantunan ‘Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada’, suara hati berbisik lirih: betapa sering diri ini menjadi budak dan pedagang; betapa teramat jarang menjadi pencinta. Bukan hanya dalam beribadah. Bahkan dalam bekerja pun, level pecinta itu masih terlihat sangat jauh. Masih terlalu banyak complain; terlampau sering ‘menuntut’; dan teramat minim kinerja. Dan seringkali,  jika sesuatu terkait dengan ‘hak’, sangat gampang bersuara lantang. Ketika itu tentang ‘kewajiban’, suara yang sama sangat gampang menghilang. Sehingga frase ‘hak dan kewajiban’ itu kini sebaiknya tertulis ‘kewajiban dan hak’ agar body, mind and soul  larut dalam kerja, kerja, dan mencintai pekerjaan. Karena pekerjaan ini adalah juga ibadah yang pantas diperjuangkan hingga ke level ‘pecinta’. Terima kasih Rabi’ah al-Adawiyah,  Chrisye, dan Ahmad Dhani. Wallahu a’lam.

"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

socio, echo, techno, preneurship
[radio_player id="1"]
"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.