SURGA TERSEMBUNYI PESISIR BARAT LAMPUNG

26WhatsApp-Image-2018-08-31-at-13.13.29

 “Belum pernah denger kalau
gigi hiu. Tapi gak jauh dari sini ada tempat bagus, orang-orang dulu
menyebutnya batu layar.”

Tiga tahun yang lalu, sebelum intagram @lampuung menembus angka followers
sebanyak 299k serta hastag wisata Lampung #ayokelampung
ala-ala anak hits menjadi viral. Saya beserta teman-teman anak UKM yang
memiliki hobi yang sama, yaitu sama-sama gemar menunggangi kuda besi, berniat
untuk berkunjung ke kampung halaman teman yang berada di  Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus
Lampung.

Sengaja untuk melakukakan perjalanan selama sehari
saja dalam menempuh perjalanan, kami dari Kota Metro menuju kelumbayan, membuat
kami untuk segera bergegas berangkat di pagi hari. Karena hobi kami menaiki
motor, dengan tiga motor empat nyawa, kami berangkat menuju Kelumbayan
dibarengi dengan terbitnya matahari.

Seperti halnya anak motor lainya. Pakaian kami telah safty dengan celana panjang, sepatu,
sarung tangan, jaket dan rompi serta tak luput dengan pelindung siku ala
pembalap trail yang tampil terlihat garang di jalanan. Dengan kecepatan standar
yaitu 60 km/jam kami melaju dengan santai sembari menikmati perjalanan. Maklum,
bagi kami menunggangi kuda besi lebih nikmat ketimbang tujuannya. “Seng penting numpak motor adoh.”

Satu jam kami menempuh perjalanan dari Kota Metro
menuju Kota Bandar Lampung. Maklum, waktu libur membuat jalan ramai dan begitu
padat, membuat kami pintar mencari selah-selah agar perjalanan kami tidak
begitu terhambat. Sesampainya di pantai kelara, kami memutuskan untuk istirahat
sejenak. Karena saya masih penasaran dengan tujuan kami, maka mencoba bertanya
dengan salah satu Leader kami.

Ia menjelaskan bahwa kami akan menempuh perjalanan
lagi kira-kira selama tiga jam, itu pun kalu tidak ada halangan apa pun. “Wah lumayan juga jauh juga ternyata.” Namun
ia  tetap memberi semangat, ia menyuruh
saya untuk menikmati perjalanan nanti. Karena perjalanan kita tidak sesuntuk
saat kita pergi ke jalur bawah atau ke jalur atas. Kita bakalan dimanjakan
dengan pemandangan yang sangat luar biasa.

Jujur, saat leader
kami berkata demikian, imajinasi saya tak mampu menggambarkan pemandangan
luar biasa yang blio katakan. Ini tuh di Lampung, pemandangan mana yang bagus
tuh? B aja.

Setelah 15 menit rehat, kami mulai melanjutkan
perjalanan. Dan ternyata benar, baru beberapa km dari pantai kelara, saya telah
dimanjakan dengan pemandangan luar biasa dan jalan yang sangat memacu
adrenalin. Jalan menanjak dan menurun berliku-liku pinggir tebing, membuat saya
semakin bergairah menarik gas motor dalam genggaman saya.

Sisi sebelah kiri perjalanan kami disuguhkan dengan
pemandangan biru laut yang menajubkan. “Serasa
di pulau sebrang ya,”
saya tetap merasa tak yakin bahwa pemandangan ini
benar-benar ada di lampung. Kami terus memacu kuda besi kami, jalanya masih
berkelok-kelok namun tidak naik turun. Jalanya mulus, pepohonan masih berjejer
rapih.

Saya merasakan udara segar dan sejuk saat melewati
perkampungan ini. Di depan saya ada mobil angkutan umum dari mobil bak yang
dimodifikasi sedemikian rupa untuk menampung penumpang. Desa ini masih terlihat
asri dan nyaman, namun bukan ini tujuan kami. Perjalanan kami masih jauh, dan
kami tetap melanjutkanya.

Akhirnya setelah menumpuh perjalanan berjam-jam, kami
telah sampai pada tujuan. Rumah teman saya yang berada di kecamatan Kelumbayan.
Singkat cerita setelah kami bercengkrama dengan keluarganya, serta mengisi
perut kami dengan sesuap nasi. Kami bergegas menuju pantai yang yang katanya
ombaknya gede banget.

Katanya sih gak jauh, tapi memang beneran gak jauh kok
dari situ. Cuman jalanya, nauzubillah susahnya. Selain masih onderlah, jalanya
begitu terjal. Benar-benar mengerikan kalau jatuh kejurang yang dalamnya bisa
bermeter-meter. Terlebih suasana mendung dan grimis membuat jalan yang masih
alami dengan susunan batu-batuanya menjadi sangat licin. Membuat kami harus
berhati-hati dalam berkendara.

Sempat saya bertanya, kenapa gak jalan aja sih? Jalanya
susah, ngeri. Tapi rekan saya menjawabnya bahwa tujuan kita masih jauh. Dengan
rasa tekat yang telah saya kumpulkan, kami mulai melanjutkan perjalanan kami
dengan sangat berhati-hati.

Beberapa menit setelah perjalanan, akhirnya saya mulai
mendengar kerasnya ombak menghantam karang. Wah udah sampai nih. Tanpa pikir
panjang saya memencar dari baris rombongan kuda besi kami dan langsung menuju
pinggir pantai. Wiih… angginya kenceng banget, ombaknya tinggi seperti parang
tritis. Bedanya, ini beberapa meter dari bibir pantai berdiri rapih pohon-pohon
kelapa yang menjadi cirikhas pemandangan pantai.

“Waduh kalo ombaknya gede
gini gak bisa nyemplung dong?”
pemandanganya
luar biasa. Bagi saya, ini pemandangan yang sangat berbeda bagi saya. Setau
saya sedari kecil, pantai di Lampung hanya pasir putih, mutun, dan klara. You know lah kalo pantai di sana
ombaknya kecil banget.

Masih menikmati suasana di pantai kelumbayan, sejenak
sang leader kami bertanya. “Loh batu besarnya mana? Katanya pantai gigi
hiu ada di sini.
“ 
Kami mulai saling menatap satu
dengan lainya. “Apa, gigi hiu? Baru
pernah denger, setauku ya ini pantai kelumbayan.”

Sang tuan rumah masih berpikir, mengingat-ngiat pantai
yang leader kami sebutkan. Akhirnya
ia menawarkan pantai yang lebih ekstrim lagi. Orang tua dulu menyebutnya batu
layar, tapi ia berkata bahwa perjalanan masih jauh dan sangat sulit. Dengan
semangat dan tanpa ragu kami menjawab. Berangkat!!!

Belum jauh dari pantai pertama yang kami kunjungi.
Ternyata benar apa yang dikata tuan rumah. Jalanya, naudzubillah jeleknya.
Sempit, tebing terjal, dan berbatu licin. Benar-benar membuat merinding
melewati jalan ini, jurangnya terjal banget. setengah perjalanan saya hendak
mengurungkan niat kami menuju tujuan kami. Mengingat jalan yang begitu ekstrim,
tapi rekan lainya tak menyutujuinya dan tetap melanjutkan perjalanan. Katanya
tanggung.

Mau pulang sendiri gak tau arah, pake google map juga
gak ada sinyal. Akhirnya saya tetap mengikuti mereka. Setelah kiranya setengah
jam perjalanan akhirnya kami sampai di batu layar. “Nah ya ini yang namanya gigi hiu!” Leader kami berteriak merasa
puas karena tujuanya telah tercapai. Sang tuan rumah menjelaskan, bahwa ia
tidak tau bahwa yang sering orang sebut gigi hiu adalah batu layar. Karena
orang-orang sekitar mengenalnya batu layar.

Saya masih terdiam memandang keindahannya. Sumur hidup
saya baru pertama kali melihat pemandangan indah secara langung, dan yang tidak
disangka-sangaka bahwa tempat indah ini, surga tersembunyi ini ada di Lampung.
Tempatnya sepi, mungki kala itu tidak banyak yang tau tempat ini. selain itu
tempatnya yang jauh dari pemukiman dan akses jalan yang sangat ekstrim membuat
tempat ini jarang dikunjungi.

Tapi, gigi hiu memang benar-benar indah. Terbayar
sudah perjalanan yang kami tempuh dengan indahnya pemandangan yang ia sajikan. Saya
memutuskan tidak beristirahat, saya bergegas untuk mengabadikan keindahan yang
ada di pantai gigi hiu ini. ombaknya kencang, menghantam karang yang menjulang
tinggi lancip bak gigi hiu yang siap mengucnyah mangsanya. Benar-benar
pemandangan luar biasa.

Lampung benar-benar memiliki keindahan alam yang
sangat luar biasa. Wabil khusus di pesisir Barat. Keindahan alam yang
terlamabat terekspos atau memang belum banyak yang mengetahuinya. Potensi
wisata alam sangat menjanjikan terhadap daerah Lampung. Keindahanya mampu
bersaing dengan wisata lainya yang ada di luar daerah.

Setelah beberapa tahun sejak cerita ini. gigi hiu
semakin tenar, banya wisatawan yang mengunjunginya. Keindahanya tiada tanding,
pantai ini memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki tempat lain.
Lampung semakin tekenal akan wisata alamnya. Bahkan di film terbaru yang
berjudul Nekat Traveler telah mengeksplor keindahan Lampung yang menjadi ikon
sejak lama yaitu Kebun Binatang Nasioanal Wai Kambas dan tak lupa surga
tersembunyi gigi hiu menjadi pengindah film Nekat Traveler.

Saya benar-benar merasa bangga dengan eksisinya pantai
gigi hiu. Terlebih sebelum tenar saya sudah pernah kesana, merasa puas karena
saya telah mengunjunginya sebelum ngehits. Bagus nan indah, tapi kalau mau
kesana pikir-pikir dulu deh. Harus nyiapin fisik yang benar-benar kuat. Tapi
tenang aja, lelahnya bakal terbayar kok dengan pemandangan yang ia sajikan.
Jangan pernah ngaku anak treveler kalau belum pernah berkunjung ke gigi hiu!

 

 

Penulis: Muhammad Faqih
Abdul Aziz

 

Mahasiswa tingkat akhir, pengagum
videografi.

"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

socio, echo, techno, preneurship
"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.