socio
eco-techno
preneurship

Wakaf, Sarana Tepat Bagi Indonesia Dalam Menghadapi Era Industri 4.0

12IMG20181030093106

Memasuki era industri 4.0, merupakan keadaan dimana bisa menjadi sebuah
ancaman, atau sebaliknya dapat menjadi peluang untuk saling unjuk kebolehan
dalam mengelolan perekonomian di masing-masing negara. Tentu tidak mudah untuk
ikut serta dalam eksis bersama negara-negara lain di era industry 4.0 ini. Langkah
yang perlu dilakukan adalah menciptakan sebuah evolusi perilaku dalam industry
di tengah-tengah masyarakat serta mendukung percepatan adaptasi masyarakat
dengan pola industry 4.0 yang pada kenyataanya berkaitan dengan otomatisasi.


Evolusi industri perlu dilakukan dengan menyediakan segala sarana dan
prasarananya, untuk mendukung kemampuan negara dan masyarakat dalam bertarung
di industri 4.0. sedikit ulasan, bahwasannya industi 4.0 adalah suatu hal
dimana sistem industry dialihkan menuju otomatisasi. Yakni penggantian secara
mayoritas dari tenaga manusia menjadi tenaga komputerisasi atau tenaga
teknologi. Dengan demikian, mereka (masyarakat) yang awam dengan sistem
teknologi dan otomatisasi, serta yang terbiasa bekerja dalam kategori kasar,
akan mengalami banyak kesulitan untuk beradaptasi. Terlebih jika mereka hidup
di tengah-tengah kaum kapitalistik.


Industri 4.0 akan menjadi hal yang tidak terlalu sulit bagi mereka kaum
bermodal dan korporasi. Karena, bagi mereka (kaum bermodal dan korporasi) semua
tinggal melakukan tindakan dengan modal yang dimilikinya. Keadaan seperti ini
akan semakin keruh, jika kaum bermodal kapitalistik sudah dulu mapan dan tenang
di atas industri 4.0 sehingga berdampak kepada semakin memperketat persaingan
kemanusiaan, terlebih jika hal seperti ini jauh dari sikap pemberdayaan.


Revolusi industry pada dasarnya sudah dimulai sejak awal pemerintahan
Hindia-Belanda berkuasa di nusantara. Pada waktu itu, revolusi industry pertama
ditandai dengan hadirnya steam engine atau
mesin uap. Revolusi industry senantiasa mendorong adanya kemajuan teknologi
guna mempermudah dan mengefisiensikan segala pekerjaan, maka muncul mesin uap
sebagai teknologi terbarukan pada masa itu, sekaligus merupakan awal dari
adanya revolusi industri.


Selanjutnya, revolusi industri ke-dua ditandai saat Otomotif General Fort membuat Line Production Indonesia, masih pada
masa pemerintahan Hindia-Belanda. Revolusi Industri ke-dua ini terlihat saat
peruhaan otomotif mulai terlihat kinerjanya, serta mulai masif memproduksi.


Revolusi Industri ke-tiga adalah ketika mulai munculnya otomatisasi
walaupun belum merambat sampai sejauh saat ini. Revolusi industri ke-tiga ini
ditandai dengan unculnya internet, sekitar tahun 90-an. Pada masa ini
(otomatisasi) yaitu lahirnya internet, mengakibatkan lahirnya globalisasi. Sehingga
hal tersebut juga bukan hanya sebuah hal yang dapat membantu efisiensi
pekerjaan, melainkan juga menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Pada tahun
90-an, dari globalisasi yang hadir dikhawatirkan menimbulkan yang namanya
digitalisasi, dimana semua tergantung kepada alat teknologi, sehingga dampak
yang timbul (dari sederhananya berfikir) adalah menyempitnya lapangan
pekerjaan, lantaran tidak terlalu banyak membutuhkan tenaga sumber daya manusia.
Berdasarkan rapat APEC yang digelar pada tahun 90-an, diperkirakan globalisasi
di kawasan ASEAN akan terjadi pada tahun 2020.


Meskipun pada tahun 90-an (revolusi industri ke tiga) sudah lahir
internet atau otomatisasi, namun pemanfaatan internet belum seinovatif seperti
pada tahun 2018.  Pada masa 90-an masih
banyak yang belum menyadari atau mengetahui secara pasti terkait dengan dampak
adanya otomatisasi di masa yang akan datang. Sehingga, bisa jadi pemanfaatan
internet pada masa itu bukan untuk kepentingan financial, melainkan hanya untuk
kepentingan operasional semata.


Revolusi Industri 4.0, adalah masa revolusi yang saat ini dialami. Dimana
sistem digitalisasi, otomatisasi, dunia internet dan kecanggihan teknologi
mulai merambah luas dan dengan mudah menyentuh kehidupan masyarakat.  Jika era 90-an internet masih digunakan hanya
untuk kepentingan operasional di lembaga-lembaga atau kantor-kantor (perusahaan
industri otomotif, kepentingan militer dll), saat ini di masa industri 4.0,
kecanggihan teknologi mulai diupayakan untuk menemani kegiatan masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, ketergantungan terhadap teknologi
secara otomatis akan semakin meningkat.


Industri 4.0 memaksa Indonesia untuk membuka ruang lebar dalam rangka
membantu adaptasi masyarakat terhadapnya. Masyarakat, terutama generasi muda,
baik pelajar di instansi resmi maupun yang tidak berada di instansi resmi,
dituntut untuk memiliki daya kreatifitas dan menghidupkan inivatifisme di dalam
pikirannya. Untuk mendorong peningkatan kreatifitas dan keinovatifan, maka
perlu ada sarana dan prasarana yang mendukung. Untuk keterlaksanaan semua itu,
perlu satu yang dipersiapkan, yaitu moda yang mudah didapat dan tidak melalui
administrasi yang terlalu rumit. Semua itu guna mendukung percepatan perubahan.


Dana mudah di dapat seperti apa yang dimaksud..? yaitu dana yang berasal
dari masyarakat, dan dikelola oleh masyarakat melalui berbagai program-progam
pemberdayaan. Darimana dana tersebut di dapat..? dana tersebut dapat didapat
dari penggalian potensi serta memasifkan yang namanya wakaf uang.


Seeprti wakaf pada umumya, wakaf uang juga merupakan harta dari seorang
wakif, yang kemudian dikumpulkan dan dikelola untuk kepentingan umat. Wakaf uang
ini dapat dikelola secara kolektif, jadi contributor (wakif) tidak harus kaya dan
berharta banyak. Karena, wakif dapat berwakaf uang semampunya, asalkan tetap
memiliki nilai, misalnya seratus ribu. Kemudian dari uang yang terkumpul dari
para wakif, dikolektifkan untuk kemudian dikelola secara produktif ataupun
konsumtif yang sekiranya dapat membantu membangun peradaban di tengah-tengah
umat muslim.


Dana wakaf yang terkumpul dapat dikelola dan dimnfaatkan untuk pembiayaan
pelatihan, pendalaman skill,  serta untuk pembiayaan pemuda dan pelajar
untuk dapat meningkatkan daya kreativitasnya serta menambah keinovatifannya.


Sehingga perlu kerjasama dengan beberapa pihak terutama yang berada di
kursi pemerintahan. Missal kerjasama antara menteri ekonomi, menteri pendidikan
dan menteri agama.  Menteri agama tentu
bertugas untuk menggencarkan penggalian potensi wakaf, terutama wakaf uang
(karena lebih cepat untuk dikelola), menteri ekonomi gencar bekerja dalam
mengoptimalkan pemanfaatan wakaf uang agar bernilai ekonomis tinggi, sehingga
dapat produktif, dan menteri pendidikan tentu mengatur arah pendidikan ke arah
yang dapat berpengaruh terhadap peningkatan skill
pelajar.


Industri 4.0 adalah kesempatan Islam untuk lebih maju secara ekonomi, jika
penggalian potensi cepat dilakukan terutama di Indonesia ini. Karena, secara
modal, Islam memiliki potensi yang cukup besar, secara SDM, di Indonesia banyak
muslim yang kreatif serta inovatif, tinggal bagaimana antara modal dan SDM
dipertemukan lalu didampingi sebagaimana mestinya.  Dengan begitu, wajah Islam adalah wajah yang
pertama kali tersenyum di era industri 4.0 ini.


Penulis : Wepo


 


 


"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

socio, echo, techno, preneurship
[radio_player id="1"]
"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.