socio
eco-techno
preneurship

BAHASA DAERAH, QUO VADIS?

BAHASA DAERAH, QUO VADIS?

Artikel Umi Yawisah

metrouniv.ac.id – 03/08/2023 – 17Muharam 1445 H

Dr. Umi Yawisah, M.Hum

(Dosen Prodi Bahasa Inggris dan Pascasarjana IAIN Metro)

We dissect nature along lines laid down by our native language

(Kami membedah alam di sepanjang garis yang ditetapkan oleh bahasa ibu kami)

(Benjamin Lee Whorf)

 

Tahukah anda, bahwa dari 718 bahasa daerah di Indonesia, sebanyak 25 bahasa terancam punah, 6 bahasa kritis, dan 11 bahasa dinyatakan punah (kompas.id, 18 Maret 2022)?  Bahasa Daerah yang terancam punah adalah: 1. Jambi: Bajau Tungkal Satu; 2. Sumsel: Lematang; 3. Sulbar: Benggaulun; 4. Sulsel: Konjo; 5. Gorontalo: Suwawa, Minahasa; 6. Sulut: Ponosokan/ Ponosakan, Sangihe Talaud; 7. Maluku: Hulung, Samasuru, Bobat; 8. NTT: Nedebang, Adang; . 9. Papua: Mander, Namla, Usku, Maklew/ Makleu, Bku, Mansim Borai, Dubu, Irarutu, Podena. (Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Statistik Kebahasaan 2019).

Selain itu,  UNESCO  mencatat, setiap dua minggu ada satu bahasa daerah di dunia yang punah. Bagaimana respon anda atas pernyataan  tersebut di atas: miris, cuek/ masa bodoh, atau sekedar terkejut dan merespon (dalam hati): “apa iya, sih?,” “ah, kan masih banyak bahasa daerah yang ‘sehat,’’? Jawabannya ada pada anda.  Yang jelas, kepunahan terjadi karena bahasa daerah tidak digunakan lagi, tidak diwariskan ke generasi selanjutnya, dan karena penuturnya menganggap penggunaan bahasa daerah tidak mendesak/ tidak begitu penting.

Bagaimana pengkategorian  bahasa hingga berada  di tingkat ‘punah’?

UNESCO (2009) membuat kategori Tingkat bahaya Transmisi Bahasa Antargenerasi (Degree of endangerment Intergenerational Language Transmission) yang terdiri atas enam tahap, yakni:

  • Aman (safe): Bahasa masih digunakan oleh semua generasi; transmisi antargenerasi tidak terganggu
  • Rentan (vulnerable): Sebagian besar anak-anak berbicara bahasa tersebut, namun terbatas pada domain tertentu (misalnya, rumah)
  • Agak terancam punah (definitely endangered): Anak-anak tidak lagi belajar bahasa tersebut sebagai bahasa ibu di rumah
  • Terancam punah (severely endangered): Bahasa tersebut masih digunakan oleh kakek-nenek dan generasi yang lebih tua; namun mereka tidak menggunakannya kepada anak-anak mereka.
  • Sangat terancam punah (critically endangered): Penutur ‘termuda’ adalah kakek-nenek dan orang yang lebih tua, namun bahasa tidak digunakan secara kontinyu.
  • Punah (extinct) : Tidak ada penutur yang tersisa.

Apa penyebab kepunahan suatu bahasa ?

Menurut The Cambridge Handbook of Endangered Languages (2011), penyebab punahnya suatu bahasa yaitu: pertama,  penyebab yang menempatkan populasi penutur bahasa dalam bahaya fisik, seperti: bencana alam, kelaparan dan penyakit, serta perang dan genosida. Kedua, penyebab yang mencegah atau menghalangi penutur untuk menggunakan bahasa, seperti: penindasan politik dan marjinalisasi/ hegemoni budaya/ ekonomi.

Terkait dengan bahasa daerah, ada empat penyebab kepunahannya, yaitu: Pertama, para penuturnya berpikir tentang dirinya sebagai inferior secara sosial; kedua, keterikatan pada masa masa lalu; ketiga, sisi tradisional; dan keempat, karena secara ekonomi kehidupannya stagnan (lipi.go.id). Selain itu, urbanisasi dan perkawinan antarsuku juga bisa menjadi penyebab punahnya bahasa daerah, karena orang tua tidak lagi mengajarkan bahasa dari daerah asalnya kepada sang anak. Mereka  juga tidak lagi menggunakannya secara aktif, karena tinggal di daerah yang berbeda.

Mengapa  bahasa daerah penting?

Hal ini didasarkan pada beberapa alasan. Pertama, bahasa daerah merupakan alat komunikasi yang ampuh dan efektif, terutama  di wilayah tertentu. Selain membawa nuansa lokal, dialek, dan adat istiadat yang tidak dapat ditangkap oleh bahasa lain, bahasa daerah merupakan sarana komunikasi yang penting bagi orang-orang untuk terhubung dengan budaya dan identitas mereka. Kedua, bahasa daerah berperan penting dalam melestarikan warisan budaya. Setiap bahasa memiliki cerita, legenda, dan tradisi yang unik. Hilangnya sebuah bahasa daerah berarti hilangnya seluruh budaya dan pengetahuan yang menyertainya. Dengan melestarikan bahasa daerah, berarti kita turut melestarikan warisan budaya kepada generasi mendatang. Ketiga, memprioritaskan bahasa daerah berdampak secara signifikan terhadap perekonomian. Bisnis lokal yang melayani pasar regional akan memperoleh keuntungan besar melalui penggunaan bahasa daerah dengan para pelanggan. Selain itu, penggunaan bahasa daerah juga dapat membantu mempromosikan pariwisata, karena wisatawan sering kali lebih suka berinteraksi dengan penduduk setempat dalam bahasa mereka sendiri.

Bagaimana cara melestarikan dan mempromosikan bahasa daerah?

Ada beberapa strategi yang dapat digunakan, yaitu: melalui pendidikan, media dan publikasi, dukungan pemerintah, revitalisasi bahasa, partisipasi masyarakat, dan teknologi. Pendidikan: dengan memasukkan bahasa daerah, selain bahasa resmi, sebagai mata pelajaran di sekolah.  Pendekatan ini meningkatkan hasil pembelajaran dan mempertahankan keragaman bahasa. Media dan Publikasi: mendorong penggunaan bahasa daerah di koran (baik cetak maupun online), majalah, buku, dan media online lainnya. Hal ini mendorong penggunaan dan visibilitas bahasa daerah dalam komunikasi modern. Dukungan Pemerintah: Pemerintah dapat memainkan peran penting melalui pengakuan dan dukungan status resmi bahasa daerah.  Hal ini dapat  dilakukan melalui pendanaan bagi program pelestarian bahasa, program budaya, dan penelitian bahasa. Revitalisasi Bahasa:  ini meliputi pendokumentasian bahasa, pembuatan materi pembelajaran bahasa, dan pembinaan penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Partisipasi Masyarakat: melibatkan masyarakat dalam upaya pelestarian bahasa melalui  penggunaan bahasa dalam acara, perayaan, dan pertemuan masyarakat.  Teknologi: ini terkait dengan pengembangan aplikasi pembelajaran bahasa, alat penerjemahan, serta digitalisasi  literatur daerah.

Terakhir, Anda ingin tahu, bagaimana perasaan dan kekhawatiran seorang penutur bahasa yang terancam punah? Berikut curahan hati melalui puisi yang ditulisnya:

If I forget my native speech,                        (Jika saya lupa bahasa ibu saya,)

And the songs that my people sing           (Dan lagu-lagu yang dinyanyikan bangsaku)

What use are my eyes and ears? (Apa gunanya mata dan telingaku?)

What use is my mouth?                                (Apa gunanya mulutku?)

 If I forget the smell of the earth                 (Jika aku lupa akan bau bumi)

And do not serve it well                                (Dan tidak melayani dengan baik)

What use are my hands?                             (Apa gunanya tanganku?)

Why am I living in the world?                    (Untuk apa aku hidup di dunia?)

 How can I believe the foolish idea             (Bagaimana aku dapat mempercayai gagasan bodoh)

That my language is weak and poor        (Bahwa bahasaku lemah dan buruk)

If my mother’s last words                            (Jika kata-kata terakhir ibuku)

Were in Evenki?                                             (Berada di Evenki?)

Puisi di atas adalah karya Alitet Nikolaevich Nemtushkin, seorang penyair dari suku Evenki (penduduk asli Siberia bagian tengah dan timur, Mongolia, dan Mongolia Dalam), dilahirkan di  Irkutsk Oblast, Siberia pada tanggal 12 November 1939 dan meninggal dunia pada tanggal 4 November, 2006. (uye-03.08.23)

Artikel Terkait

Social Climber (Pemanjat Sosial)

metrouniv.ac.id – 11/09/2023 – 26 Robiul Awal 1445 H Dr. Mukhtar Hadi, M.Si. (Direktur Pascasarjana IAIN Metro) Sebagian pembaca mungkin

Ateisme di Negara-Negara Islam

metrouniv.ac.id – 13/08/2023 – 25 Muharam 1445 H Dr. Mukhtar Hadi, M.Si. (Direktur Pascasarjana IAIN Metro)   Presiden Joko Widodo

Kader Pemberdayaan Desa

metrouniv.ac.id – 06/08/2023 _ 19 Muharam 1445 H Dharma Setyawan, M.A. (Wakil Dekan 3 FEBI IAIN Metro) Tuan-tuan hakim, apakah

Uang Rakyat?

metrouniv.ac.id – 05/08/2023 _ 18 Muharam 1445 H Dharma Setyawan, M.A. (Wakil Dekan 3 FEBI IAIN Metro) Uang bukan faktor

"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

socio, echo, techno, preneurship
"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.