metrouniv.ac.id – 21/11/2023 – 7 Jumadil Awal 1445 H
Dr. Mukhtar Hadi, M.Si. (Direktur Pascasarjana IAIN Metro)
Dari sekian banyak doa yang pernah dimunajatkan Nabi Muhammad SAW adalah sebuah doa yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah. Doa itu adalah sebagai berikut: “Allahumma inni a’udubika min ‘ilmi la yanfa’, wamin qalbi laa yahsya’, wamin nafsi laa tasba’, wamin du’ai laa yasma’ ; “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari nafsu yang tidak pernah puas, dan dari doa yang tidak pernah didengar (dikabulkan)”.
Dari beberapa doa lain yang dipanjatkan Rasulullah SAW tentang ilmu, hampir sebagian besar isi doa adalah permohonan agar ilmu yang dimiliki bisa memberikan manfaat. Diantaranya adalah doa Rasulullah yang berbunyi: “Allahumma inni asaluka ‘ilman nafi’a, warizqan thoyyiba, wa’amalan mutaqabbala”; “Ya Allah sesungguhnya aku memohonan kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan amal baik yang diterima”.
Sebuah hadits popular tentang tiga amalan yang tidak pernah terputus pahalanya meskipun sang empunya sudah meninggal, yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan kedua orang tuanya. Dari hadits itu salah satu dari pahala yang tidak terputus adalah adalah ilmu yang bermanfaat. Dengan demikian sangat penting kita memiliki ilmu pengetahuan dan begitu sangat pentingnya ilmu yang dimiliki itu memberikan manfaat bagi orang lain dan semesta alam. Celaka bagi orang yang berilmu namun ilmunya tidak bisa memberikan manfaat.
Bagaimana ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang tidak memberikan manfaat? Al-Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah, menjelaskan tanda ilmu yang memberikan manfaat dan sebaliknya jika tidak ada padanya maka ilmu itu tidak memberikan manfaat. Sebagai seorang sufi, pandangan Al-Ghazali ini tentu sangat Nampak sekali dipengaruhi oleh nilai-nilai sufistik. Berikut pandangan Al-Ghazali dalam Bidayatul Hidayah.
Pertama, Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang menambah rasa takutmu kepada Allah. Seseorang yang berilmu menyadari bahwa semua pengetahuan yang dimilikinya adalah berasal dari sumber utamanya ilmu yaitu dari Allah SWT. Dengan akal fikiranya manusia berusaha meneliti, mengamati dan memikirkan segala hal ciptaan-Nya yang kemudian menghasilkan teori dan konsep ilmu pengetahuan. Karena itu sejatinya para penuntut ilmu adalah mempelajari ilmu Allah. Dengan demikian semakin orang menggeluti ilmu Allah maka yang muncul adalah kebesaran dan keagungan Allah SWT. Sudah sepatutnya orang yang berilmu dan yang semakin tinggi ilmunya maka semakin bertambah takutnya kepada Allah SWT.
Kedua, ilmu yang bermanfaat adalah yang dapat menambah kebijaksanaanmu dengan aib-aibmu. Orang yang berilmu sudah seharusnya memiliki pandangan yang luas dan mendalam. Bukan sebaliknya, berpandangan sempit dan picik. Kedalaman dan keluasan pandangan itulah yang membawa seseorang memiliki sikap yang bijaksana (wisdom) dalam menghadapi dan memecahkan berbagai persoalan hidup. Keluasan pandangan juga akan membuat seseorang memahami kekurangan-kekurangan yang dimilikinya. Sikap ini akan melahirkan sikap tawadhu’, rendah hati dan bukan kecongkakan atau sikap takabur. Falsafah hidup orang yang berilmu adalah ibarat padi, semakin berisi maka semakin merunduk.
Ketiga, Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu menambah rasa ma’rifat dengan beribadah kepada Tuhanmu. Seorang yang berilmu memiliki kesadaran penuh bahwa apa yang dimiliki dari pengetahuan-pengetahuan yang dipelajarinya adalah menyingkapkan tabir kebesaran Allah SWT. tersingkabnya tabir akan keagungan Allah SWT akan melahirkan raja takjub dan pengetahuan yang penuh akan diri-Nya. Setelah mengetahui keagungan Allah, tidak ada jalan dan pilihan lain kecuali menghambakan diri kepada-Nya dengan sepenuh hati penghambaan. Beribadah, memohon hanya semata-mata kepada-Nya. Menyerahkan secara totalitas segala ibadah, hidup dan mati hanya untuk Allah SWT.
Keempat, ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang meminimalisasi kecintaanmu terhadap dunia dan menambah kecintaanmu terhadap akhirat. Orang yang berilmu akan dapat memahami bahwa segala pengetahuan yang berada di tangan manusia bersifat nisbi dan relatif, bisa benar dan bisa juga salah. Hanya ilmu Allah yang benar secara absolut (mutlak). Ilmu pengetahuan yang digali dari segala ciptaan-Nya yang ada di dunia ini bersifat fana. Suatu saat akan mengalami kehancuran. Pemahaman inilah yang menumbuhkan kesadaran bahwa kehidupan dunia ini tidak abadi, karena itu tidak boleh mencintainya secara berlebihan apalagi sampai melupakan kehidupan yang lebih kekal yaitu kehidupan di akhirat kelak.
Kelima, ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dapat membuka pandanganmu atas perbuatan burukmu hingga engkau dapat menjaga dari dari hal itu serta membebaskanmu dari tipu daya setan. Orang-orang yang berilmu akan dapat mengetahui hal-hal mana yang baik dan mana yang buruk. Dapat membedakan satu perbuatan baik sehingga dilaksanakan dan perbuatan mana yang buruk sehingga dapat dihindarinya. Sebab itu tanda orang ilmunya tidak bermanfaat adalah jika ia tahu dan paham akan kebaikan-kebaikan tetapi ia tidak melaksanakan kebaikan itu, justru hal-hal yang ia tahu itu adalah perbuatan dosa malah dilakukannya. Betapa banyak orang pintar yang tahu korupsi itu perbuatan dosa, tetapi terkadang ia malah melakukannya.
Demikian kata Hujjatul Islam, Al-Ghazali. Semoga kita terhindar dari ilmu yang tidak bermanfaat dan mari kita berlindung kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat. (mh.20.11.23 – posting : ss_humas)