socio
eco-techno
preneurship

HIDDEN CURRICULUM

WhatsApp Image 2025-05-15 at 16.18.38

Oleh : Dedi Irwansyah

“Pendidikan (sejati) adalah apa yang tersisa setelah seseorang melupakan apa yang telah dipelajarinya di sekolah.”

(Albert Einstein)

 

Orang berkata, kurikulum adalah otak. Apabila pendidikan dianalogikan sebagai tubuh manusia, kurikulum adalah otaknya. Kurikulum menjadi pusat pengendali yang menentukan arah, tujuan, serta proses pembelajaran. Tanpa kurikulum yang terstruktur dan relevan, pendidikan akan kehilangan fokus dan tidak mampu menghasilkan hasil belajar yang optimal. Kurang lebih, begitulah sebuah narasi.

Orang juga ber-kalam, kurikulum adalah anak panah. Ia adalah alat untuk mencapai target yang diinginkan (baca: tujuan pendidikan).  Patut dicatat, keberhasilan anak panah dalam mencapai target tidak hanya ditentukan oleh kualitas anak panah itu sendiri, melainkan juga oleh keterampilan pemanah yang mengendalikannya. Dalam konteks pendidikan, ini berarti bahwa kurikulum yang baik sekalipun tidak akan efektif apabila tidak didukung oleh pengajar  yang baik.  Kira-kira, begitu bunyi narasi lainnya.

Singkatnya, kurikulum itu penting. Di tengah keyakinan tentang pentingnya kurikulum, saya membaca postingan seorang kolega, yang dulu teman sekelas saat kuliah. Dalam postingan-nya di media sosial, ia mengingat betapa penulisan tugas akhir adalah proses panjang dan menantang. Dalam proses itu, ia merasa beruntung karena dosen pembimbingnya kerap mengirim pesan: “Mas J, apa kabar?”. Pesan singkat yang mungkin memiliki makna tersirat seperti: semoga riset berjalan baik; semoga ada progress signifikan; jika ada kendala, mari diskusikan bersama; apa pun kondisinya, mohon segera bimbingan.

Walhasil, kolega saya itu akan merespon, “Alhamdulillah, baik. Insya Allah segera menghadap, Prof.” Ia lalu akan pergi ke kampus untuk bimbingan. Jarak dari tempat tinggal kolega saya ke kampus tidaklah dekat. Namun, ia memastikan diri tiba di depan kantor sang pembimbing sebelum pukul 06.00. Ya, bimbingan bisa sepagi itu. Bertahun setelah lulus, kolega saya itu mengenang dosen pembimbingnya sebagai pribadi yang ramah, terpelajar, dan baik hati.

Postingan sang kolega di media sosial adalah bentuk konkrit hidden curriculum. Orang berkata, ada hidden curriculum dan ada formal curriculum. Kurikulum formal (formal curriculum) adalah kurikulum yang tertulis; yang dilaporkan untuk kepentingan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME); yang memuat Standar Kompetensi Lulusan (SKL); yang dirumuskan dalam Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL); atau yang disajikan dalam Rencana Pembelajaran Semester (RPS). Sementara kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) adalah yang tidak benar-benar tertulis.  Ia mencakup kultur kampus, lingkungan, dan interaksi sosial di dalamnya. Di titik ini, interaksi dosen-mahasiswa adalah hidden curriculum.

Dosen tidak hanya membawa materi perkuliahan sebagai bentuk dari formal curriculum. Dosen juga membawa pengalaman, gugusan nilai, norma, dan pandangan dunianya (world view), sebagai bentuk dari hidden curriculum. Keduanya penting, kurikulum formal dan kurikulum tersembunyi. Namun, pada case kolega saya di atas, terbaca bahwa setelah sekian tahun berlalu, alumni sebuah perguruan tinggi, tampak akan lebih mengenang hidden curriculum daripada formal curriculum.

Kolega saya itu, sekarang menjadi dosen. Saya menduga keras, ia adalah dosen yang terpelajar, ramah, baik hati, dan mungkin saja melakukan pembimbingan skripsi di pagi-pagi sekali. Syahdan, jika sikap dosen (teacher behavior) adalah bagian dari hidden curriculum, bolehlah dikata: hidden curriculum memberi dampak jangka panjang yang kuat terhadap pemikiran dan perilaku peserta didik.

Dan, jika postingan kolega saya itu adalah buah dari hidden curriculum, sangat mungkin, apa yang para dosen posting hari ini melalui media sosialnya adalah bagian dari hidden curriculum itu sendiri. Para mahasiswa, yang berteman dengan para dosen di media sosial, akan belajar melalui postingan tersebut. Akhirnya, postingan adalah pendidikan itu sendiri. Bagaimana menurutmu, Einstein!  Wallahu a’lam.

 

"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

socio, echo, techno, preneurship
[radio_player id="1"]
"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.