socio
eco-techno
preneurship

PELAYANAN PRIMA HAJI: CEGAH PERILAKU ROFATS, FUSUQ, DAN JIDAL

IMG-20250513-WA0002

Oleh: Prof. Dr. Ida Umami, M.Pd., Kons.

Setiap musim haji, jutaan umat Islam dari seluruh dunia datang ke Tanah Suci dengan satu tujuan mulia: memenuhi panggilan Allah SWT. Namun, perjalanan ini bukan semata-mata soal ritual fisik. Ia adalah perjalanan batin yang menuntut kesabaran, kedisiplinan, dan kendali diri yang luar biasa. Di tengah kerumunan dan kondisi serba terbatas, muncul tantangan yang sering kali menguji niat awal kita: rofats, fusuq, dan jidal.

Lalu bagaimana caranya agar ibadah ini tetap mabrur dan berbuah manis, bukan malah ternoda oleh sikap negatif? Di sinilah pentingnya pelayanan prima haji—yang bukan hanya tentang makanan, penginapan, atau transportasi, tetapi tentang bagaimana membentuk suasana yang kondusif untuk menjaga akhlak jamaah.

Apa Itu Rofats, Fusuq, dan Jidal?

Rofats adalah segala ucapan atau tindakan yang menjurus ke arah seksual, yang seharusnya ditahan selama ibadah haji. Fusuq berarti keluar dari batas ketaatan kepada Allah—termasuk marah, mencela, atau berdusta. Jidal adalah perdebatan keras, adu argumen yang tidak perlu, bahkan saling menyalahkan.

Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa pada dasarnya memang manusia adalah makhluk yang gemar berdebat dan membantah, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Kahfi ayat 54:

“Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al-Qur’an ini setiap macam perumpamaan. Tetapi manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.” (QS. Al-Kahfi: 54)

Mari kita bayangkan skenario yang kerap terjadi:
Seorang jamaah terjebak antrean panjang ke kamar mandi. Cuaca panas, kaki pegal, sementara petugas belum juga datang membantu. Ia kesal, mulai mengomel, bahkan menyalahkan teman sekamarnya. Ini contoh nyata bagaimana rasa lelah dan situasi sulit bisa menjerumuskan kita ke dalam fusuq dan jidal.

Pelayanan Prima: Kunci Ketenteraman Ibadah

Pelayanan prima haji adalah upaya bersama agar jamaah bisa menunaikan ibadahnya dengan tenang, nyaman, dan penuh makna. Ia bukan hanya tanggung jawab petugas, tetapi juga panggilan moral bagi semua pihak yang terlibat.

Berikut beberapa bentuk pelayanan prima yang bisa mencegah rofats, fusuq, dan jidal:

Komunikasi yang Humanis

Seorang ibu lansia tersesat di area Mina. Ia panik, menangis, dan tak bisa menjelaskan tenda kloternya. Petugas yang ramah akan menenangkannya, mendengarkan dengan sabar, dan memanggil bantuan tanpa menyudutkan. Komunikasi seperti ini bisa mencegah situasi yang memicu amarah dan ketegangan.

Edukasi yang Kontinu

Sering kali, jamaah lupa apa saja larangan selama ihram. Edukasi tak cukup hanya di manasik. Harus ada penyegaran setiap hari—melalui pengeras suara, poster visual di tenda, atau bahkan grup WhatsApp kloter. Edukasi yang disampaikan dengan bahasa ringan dan menyentuh hati akan lebih mudah diterima.

Keteladanan di Lapangan

Jamaah memperhatikan. Ketika petugas bisa antre dengan tenang, tersenyum meski dikejar waktu, jamaah pun terinspirasi. Petugas bukan sekadar mengarahkan, tapi menjadi “role model” bagaimana seharusnya sikap seorang haji sejati.

Layanan Konseling Spiritual

Ada jamaah yang tiba-tiba murung, enggan mengikuti kegiatan. Bukan karena sakit fisik, tapi batinnya terguncang—rindu keluarga, lelah secara emosional. Konselor atau pembimbing ibadah bisa hadir, menyapa, mendengarkan curhat, bahkan mendoakan bersama. Ini sering jadi titik balik bagi jamaah untuk kembali semangat beribadah.

Jamaah Tangguh, Haji Mabrur

Pelayanan prima akan berhasil jika tujuannya adalah membentuk jamaah yang kuat secara mental dan spiritual.
Seorang jamaah yang tersenyum saat makanan datang terlambat, yang tetap sabar meski harus berbagi kamar dengan orang asing yang mendengkur, adalah bukti bahwa ibadah hajinya berjalan menuju kemabruran.

Sikap ini tidak muncul tiba-tiba. Ia hasil dari suasana yang kondusif, pembinaan yang intensif, dan pelayanan yang penuh empati.

Menanam Amal Lewat Pelayanan

Bagi petugas, membantu jamaah bukan sekadar pekerjaan, melainkan ladang pahala. Setiap jamaah yang terbantu hingga tak jadi marah, tak jadi maksiat, tak jadi putus asa—itu semua jadi amal jariyah. Demikian pula jamaah yang menjaga diri dari rofats, fusuq, dan jidal, insyaAllah pulang dengan hati bersih dan jiwa tenang.

Pelayanan prima yang diberikan oleh para petugas haji Kementerian Agama di bawah kepemimpinan Menteri Agama Prof. Nasaruddin Umar diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan ibadah haji.

Pelayanan prima adalah kolaborasi antara sistem yang rapi, hati yang tulus, dan niat yang lurus. Mari kita jadikan ibadah haji sebagai momen pembentukan karakter, bukan sekadar perjalanan ibadah. Dengan pelayanan terbaik inilah, semoga menjadi wasilah menghantarkan seluruh jamaah haji Indonesia menuju kemabruran, amiin…

"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.

socio, echo, techno, preneurship
[radio_player id="1"]
"Ayo Kuliah di IAIN Metro"

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru.